Resistensi antibiotik merupakan masalah yang serius karena dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan terapi, meningkatnya efek samping obat, dan pemborosan dari segi ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika pasien pneumonia komunitas di instalasi rawat inap RSPAD Gatot Subroto. Penelitian ini bersifat cross sectional dengan pengambilan data secara prospektif di instalasi rawat inap periode September – November 2019. Penggunaan antibiotika dievaluasi menggunakan metode Gyssens selanjutnya dilakukan analisis korelasi antar kerasionalan dengan outcome terapi menggunakan uji Spearman. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik pasien pneumonia komunitas berdasarkan kategori umur yang paling banyak yaitu > 66 tahun dengan jumlah 23 pasien (53.49%), kategori jenis kelamin yang paling mendominasi laki – laki sebanyak 24 pasien (55.81%) dari jumlah total 43 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Berdasarkan hasil evaluasi penggunaan antibiotik dengan metode Gyssens diperoleh 28 pasien menggunakan antibiotik dengan tepat (kategori 0) dan 15 pasien menggunakan antibiotik tidak tepat (kategori I – VI). Antibiotika yang termasuk kategori IVA sebanyak 6 kasus (6.82%), kategori IVC sebanyak 2 kasus (2.27%), kategori IIIA sebanyak 5 kasus (5.68%), dan kategori IIIB sebanyak 9 kasus (10.23%). Analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara penggunaan antibiotika yang rasional dalam mempengaruhi outcome terapi (r=0.533)
UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK EKSTRAK ETANOL DAUN SEMBUNG (Blumea balsamifera) SECARA IN VIVO TERHADAP MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus)
Azimatur Rahmi, Tika Afriani, Lia Permata Sari, Filmawati
Daun sembung (Blumea balsamifera) secara empiris berkhasiat sebagai pengobatan deman. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek antipiretik ekstrak etanol daun sembung terhadap mencit putih jantan (Mus musculus). Penelitian ini menggunakan mencit putih jantan yang sehat sebanyak 30 ekor dengan bobot badan rata-rata 20-30 gram yang dibagi dalam 5 kelompok perlakuan, dimana setiap kelompok terdiri dari 6 ekor mencit. Kelompok 1 sebagai kontrol negatif sedangkan kelompok 2-4 sebagai kelompok perlakuan dan kelompok 5 sebagai kontrol positif. Dalam penelitian ini digunakan pepton 5% sebagai penginduksi demam pada mencit dengan menggunakan metode secara in vivo. Pengukuran suhu mencit dilakukan pada rektal mencit dengan interval waktu 30 menit hingga 120 menit. Penurunan suhu mencit dianalisis dengan uji one way anova dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan dosis 100, 150 dan 200 mg/BB gram mencit dapat menunjukkan adanya aktivitas antipiretik pada mencit yang signifikan (p< 0,05).
PROFIL FITOKIMIA DAN GC-MS DAUN SIRIH HITAM (Piper betle L.) DARI SEKITAR KHDTK LABANAN, KABUPATEN BERAU
Rizki Maharani, Andrian Fernandes
Warga sekitar KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Labanan, Kabupaten Berau memanfaatkan tumbuhan obat untuk menjaga kesehatan tubuh, salah satunya adalah daun Sirih hitam. Secara taksonomi, Sirih Hitam memiliki nama latin Piper betle L., namun memiliki sedikit perbedaan morfologi daun. Adanya perbedaan morfologi memungkinkan adanya perbedaan sifat kimia yang terkandung dalam daun Sirih Hitam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen fitokimia dan menduga kandungan kimia daun sirih hitam menggunakan GC-MS sebagai dasar pertimbangan dalam pemanfaatan daun Sirih Hitam pada skala yang lebih luas. Daun Sirih Hitam yang diperoleh diserbukkan dan dimaserasi dengan pelarut etanol 96% v/v. Ekstrak yang telah dipekatkan kemudian diuji fitokimia dan GC-MS. Hasil uji fitokimia daun Sirih Hitam mengandung alkaloid, flavonoid, dan terpenoid. Hasil uji GC-MS pada daun Sirih Hitam mengandung 3 (tiga) komponen utama, yaitu cyclohexene methanol sebanyak 29,92%, 11-octadecenoic acid, methyl ester sebanyak 9,57%, 9-octadecenoic acid, methyl ester sebesar 7,02%, dan beberapa senyawa lain yang konsentrasinya lebih kecil dari 7%.
FORMULASI, EVALUASI MUTU FISIK, DAN UJI SPF KRIM TABIR SURYA BERBAHAN DASAR RUMPUT LAUT E. cottonii
Achmad Faruk Alrosyidi, Syaifiyatul H.
E. cottonii merupakan salah satu makroalga merah yang mengandung senyawa Mycosporine-like amino acids (MAAs) yang mempunyai aktivitas mengabsorpsi radiasi UV-A dan UV-B sehingga E. cottonii bisa dikembagkan untuk menjadi produk krim tabir surya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi krim tabir surya berbahan dasar E. cottonii yang tepat sehingga didapatkan produk krim tabir surya dari E. cottonii yang memiliki mutu fisik yang baik melalui uji pH, uji viskositas, uji daya sebar, memiliki stabilitas fisik yang baik serta nilai SPF yang maksimal. Metode dalam penelitian ini merupakan metode eksperimen laboratorium. Bubur E. cottonii diformulasi menjadi krim tabir surya dengan mencampurkannya kedalam basis krim yang telah dibuat. Krim dibuat dengan mencampurkan bubur E. cottonii dengan jumlah yang berbeda kedalam basis krim (F0). Formula dibuat sebanyak tiga macam dengan mencampurkan 5 gram bubur E. cottonii ke dalam F0 (F1), 15 gram bubur E. cottonii ke dalam F0 (F2), dan 25 gram bubur E. cottonii ke dalam F0 (F3). Krim yang telah dibuat kemudian di evaluasi mutu fisiknya yang meliputi uji organoleptis dan homogenitas, uji viskositas, uji daya sebar, dan uji pH. Kemudian dilakukan penentuan nilai Sun Protecting Factor (SPF) krim dengan menggunakan spektrofotometri UV-VIS. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa krim F0, F1, F2, dan F3 tidak mengalami perubahan secara organoleptis, homogenitas, pH dan viskositas selama empat minggu. Sediaan krim F1, F2, dan F3 memenuhi daya sebar yang baik yaitu 5-7 cm. Nilai viskositas F0, F1, F2, dan F3 memenuhi persyaratan krim yang baik yaitu berkisar antara 7.500-28.500 cPs selama penyimpanan empat minggu. Nilai pH F0, F1, F2, dan F3 sesuai dengan SNI dan pH balance kulit normal manusia yaitu berkisar antara 5,5-6,3. Formula terbaik yang memiliki nilai SPF maksimal adalah krim dengan penambahan bubur E. cottonii 25 gram (F3) yaitu 10,9.
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) DAN DAUN KELOR (Moringa oleifera)
Tarso Rudiana, Dimas Danang Indriatmoko, Komariah
Telah dilakukan penelitian analisis kandungan fenolik dan aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) dan daun kelor (Moringa oleifera Lam.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan total fenolik pada ekstrak dan kombinasi ekstrak etanol daun salam dan daun kelor. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol. Ekstrak etanol daun salam dan daun kelor serta kombinasi dengan formula 1:1; 2:1; dan 1:2 diuji aktivitas penghambatan radikal bebas DPPH (1,1-Difenil-2- Pikrilhidrazil). Ekstrak dan formula terbaik sebagai antioksidan dianalisis total fenolik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun salam memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 31,14 ppm dengan total fenolik sebesar 111,89 mg GAE/g. Ekstrak etanol daun kelor memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 71,27 ppm dengan total fenolik sebesar 17,12 mg GAE/g. Kombinasi ekstrak etanol daun salam dan daun kelor dengan perbandingan (2:1) memiliki aktivitas antioksidan yang tertinggi yaitu sebesar 28,55 ppm dengan total fenol sebesar 61,48 mg GAE/g.
Minyak dedak padi (MDP) memiliki aktivitas antioksidan yang sangat baik sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan aktif sediaan kosmetik. Di dalam penelitian ini, MDP diformulasikan ke dalam bentuk mikroemulsi dengan variasi jenis dan konsentrasi surfaktan. MDP yang digunakan pertama-tama dianalisis terlebih dahulu untuk memastikan identitas minyak. Setelah itu, dilakukan pengukuran aktivitas antioksidan, di mana diperoleh nilai IC50 sebesar 239,32 μg/ml terhadap radikal bebas DPPH. Untuk formulasi mikroemulsi, campuran surfaktan dan ko-surfaktan yang digunakan adalah Tween 80-Span 80-propilen glikol untuk tiga formula, dan Cremophor® RH 40-gliserin untuk tiga lainnya. Mikroemulsi MDP dibuat dengan menggunakan metode inversi fase dan setelah itu dilakukan pengamatan terhadap karakteristik fisik mikroemulsi yang dihasilkan, meliputi organoleptis, ukuran globul, viskositas, pH, serta uji pemisahan fase. Secara umum, formulasi yang menggunakan campuran Cremophor® RH 40-gliserin memiliki karakteristik fisik yang lebih baik, Ukuran globul mikroemulsi yang dihasilkan dengan campuran Cremophor® RH 40-gliserin berkisar 21,32 – 24,10 nm dengan indeks polidispersitas <0,3 yang menunjukkan homogenitas ukuran globul yang baik. Hasil uji pemisahan fase juga menunjukkan bahwa formulasi yang menggunakan Cremophor® RH 40-gliserin lebih stabil dan tidak mengalami pemisahan fase setelah sentrifugasi.
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI OLANZAPIN DAN KOMBINASI HALOPERIDOL DENGAN DIAZEPAM SECARA INTRAMUSKULAR PADA PASIEN RAWAT INAP SKIZOFRENIA FASE AKUT DI RSKD DUREN SAWIT
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang dapat mempengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku individu, ditandai dengan hilangnya pemahaman terhadap realitas dan daya tilik diri. Pasien skizofrenia pada fase akut dapat diberikan olanzapin injeksi dan kombinasi haloperidol injeksi dan diazepam injeksi secara intra muskular. Harga olanzapin injeksi lebih mahal daripada kombinasi haloperidol injeksi dan diazepam injeksi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat biaya rerata medis langsung dan membandingkan dengan efektivitasnya. Penelitian ini dilakukan secara kohort prospektif di RSKD Duren Sawit dari Juni – Agustus 2019. Data pasien diambil dari rekam medis, data total biaya langsung medis di ruang akut, nilai PANSS EC pre dan post perawatan di ruang akut. Jumlah total sampel dalam penelitian ini adalah 193 pasien, terdiri atas 102 pasien kelompok olanzapin injeksi dan 91 pasien kelompok kombinasi haloperidol injeksi dan diazepam injeksi. Rerata total biaya medis langsung yang diperlukan pasien skizofrenia fase akut dengan olanzapin injeksi sebesar Rp 2.446.644±814.719 lebih tinggi dari kombinasi haloperidol injeksi dan diazepam injeksi sebesar Rp 1.796.962±408.376,. Rerata selisih PANSS EC pre dan post rawat olanzapin injeksi 16,08 lebih tinggi dari kombinasi haloperidol injeksi dan diazepam injeksi sebesar 14,62. Uji Mann Whitney menunjukkan terapi olanzapin injeksi menunjukkan perbaikan yang lebih tinggi untuk perbaikan PANSS EC (p<0,05), tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0,05) dalam lama hari rawat (LOS).
ANALISIS FARMAKOEKONOMI PENGGUNAAN AMLODIPIN, KOMBINASI AMLODIPIN/VALSARTAN, DAN KOMBINASI AMLODIPIN/TELMISARTAN PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL DIABETIK DI RUANG RAWAT INAP LONTARA RSUP DR WAHIDIN SUDIROHUSODO
Anisa dwirizky Abdullah, Andi Ilham Makhmud, Haerani Rasyid
Penyakit ginjal diabetik (PGD) merupakan komplikasi mikrovaskular dari diabetes, yang dapat mengakibatkan end-stage renal disease. Manajemen pengobatan hipertensi pada pasien penyakit ginjal diabetik memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap penurunan risiko morbiditas dan mortalitas kardiovaskular, serta menghambat perkembangan kerusakan ginjal. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan kohort retrospektif dan prospektif menggunakan studi perbandingan (comparative study) yang bertujuan untuk mendapatkan perbandingan biaya minimal, dan efektivitas-biaya antara penggunaan amlodipin, kombinasi amlodipin/valsartan dan kombinasi amlodipin/telmisartan pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal diabetik di instalasi rawat inap Lontara 1 RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode bulan Juli sampai Desember 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata biaya kelompok amlodipin lebih rendah dibandingkan kelompok lainnya. Penggunaan amlodipin tunggal memiliki biaya yang lebih rendah dibandingkan kelompok kombinasi amlodipin/valsartan dan kombinasi amlodipin/telmisartan dengan total rerata biaya yaitu Rp 2.178.758. Penggunaan amlodipin tunggal memiliki efektivitas-biaya yang lebih baik dibandingkan kelompok kombinasi amlodipin/valsartan dan kelompok kombinasi amlodipin/telmisartan pada penyakit ginjal diabetik, yaitu dengan nilai REB Rp 74.082 per 1 mmHg TDS dan Rp 162.109 per 1 mmHg TDD. Sehingga dapat disimpulkan penggunaan amlodipin merupakan terapi yang direkomendasikan untuk pengobatan hipertensi dengan penyakit ginjal diabetik secara efektivitas-biaya serta merupakan kelompok terapi yang biayanya paling rendah untuk pengobatan hipertensi dengan penyakit ginjal diabetik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan keamanan penggunaan Sarilumab pada pasien COVID-19 berdasarkan kajian sistematik dari berbagai artikel penelitian yang telah dipublikasikan. Kajian sistematis ini disusun berdasarkan guideline PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses). Studi yang diterbitkan setelah Desember 2019 dari database PubMed/MEDLINE dan EMBASE ditelusuri secara sistematis. Kombinasi kata kunci seperti "COVID-19”, "severe acute respiratory syndrome coronavirus 2”,dan "Sarilumab" digunakan untuk mencari artikel yang sesuai kriteria inklusi. Dari hasil penelusuran dan skrining artikel, diperoleh dua artikel yang memenuhi syarat kriteria inklusi yaitu satu artikel berupa laporan kasus dan satu artikel berupa seri kasus yang menunjukkan potensi sarilumab dalam pengobatan COVID-19. Pada artikel seri kasus, jumlah pasien yang terlibat sebanyak 8 orang yaitu 6 laki-laki dan 2 wanita dengan kondisi akhir tujuh pasien keluar lebih cepat dari perawatan di rumah sakit (dalam waktu 14 hari) karena telah memperlihatkan hasil negatif pada tes molekuler dan satu pasien yang berusia 83 tahun meninggal pada hari ke-13 di rumah sakit. Pada laporan kasus, pasiennya hanya 1 orang laki-laki dengan kondisi akhir pasien sembuh (hasil tes swab negatif) dan kondisi klinik yang baik. Sebagai kesimpulan, sarilumab berpotensi memberikan perbaikan klinis terhadap pasien COVID-19. Akan tetapi, karena kedua artikel tersebut memiliki kualitas bukti ilmiah yang lemah maka belum bisa dijadikan dasar rujukan penggunaan sarilumab untuk pasien COVID-19 di klinik.