MIKROENKAPSULASI ASAM MEFENAMAT MENGGUNAKAN POLIMER HIDROKSI PROPIL METIL SELULOSA DAN NATRIUM ALGINAT DENGAN METODE GELAS IONIK
Sandra Aulia Mardikasari, Suryani Suryani, Nur Illiyyin Akib, Muhammad Handoyo Sahumena, Sri...
Asam mefenamat bersifat rentan terhadap cahaya maupun terhadap udara dan kelembaban. Selain itu asam mefenamat memiliki waktu paruh yang sempit, dapat menyebabkan peningkatan resiko gangguan gastrointestinal termasuk iritasi lambung pada penggunaan jangka panjang. Teknologi Mikroenkapsulasi merupakan proses penyalutan bahan aktif berupa cairan ataupun padatan dengan lapisan yang relatif tipis dengan ukuran partikel yang sangat kecil antara 0,2-5000 μm. Tujuan penelitian ini untuk melakukan preparasi mikroenkapsulasi terhadap asam mefenamat menggunakan polimer Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) dan Natrium alginat dengan metode gelasi ionik lalu mengkarakterisasi hasil mikrokapsul yang diperoleh. Preparasi mikroenkapsulasi dilakukan dengan membandingkan konsentrasi polimer yang digunakan, dibuat dalam 3 formula. Parameter karakterisasi meliputi penetapan efisiensi penjerapan, distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan pengujian disolusi. Hasil karakterisasi menujukan mikroenkapsulasi Asam Mefenamat yang dihasilkan memiliki bentuk partikel yang spheris, dengan nilai efisiensi penjerapan terbesar yaitu 67,53% untuk perbandingan HPMC dan natrium alginat masing-masing 4 : 1, sedangkan distribusi ukuran partikel bervariasi dengan ukuran terkecil yakni 1.105 , untuk hasil pengujian disolusi pada medium asam diperoleh konsentrasi pelepasan obat terbesar adalah 10,39 mg/L dan medium basa sebesar 74,456mg/mL. Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asam mefenamat dapat dipreparasi dengan teknik mikroenkapsulasi sehingga dapat mengatasi beberapa kekurangan asam mefenamat.
Durian (Durio zibethinus Murr.) telah lama digunakan sebagai salah satu pengobatan tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit, termasuk untuk penderita diabetes mellitus. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas ekstrak etanol durian dalam menurunkan kadar glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan dosis 125 mg / kgBB dan diberi beban glukosa 20%. Sebanyak 36 ekor mencit dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan. Kelompok I sebagai kontrol sehat, kelompok II diinduksi dengan aloksan dan diberikan NaCMC 1% (kontrol negatif), kelompok III diinduksi dengan aloksan dan diberikan Acarbose® (kontrol positif), kelompok IV diinduksi dengan aloksan dan diberikan ekstrak etanol akar durian (EDR), ekstrak klika (ESB) dan ekstrak daun (EDL) dosis 125 mg / kgBB, kelompok V diinduksi dengan aloksan dan diberikan ekstrak etanol akar durian (EDR), ekstrak klika (ESB) dan ekstrak daun (EDL) dosis 250 mg / kgBB, kelompok VI diinduksi dengan aloksan dan diberikan ekstrak etanol akar durian (EDR), ekstrak klika (ESB) dan ekstrak daun (EDL) dosis 500 mg / kgBB. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan sebelum induksi alloxan (t-0), 3x24 jam setelah induksi (t-3), dan setiap 30 menit setelah pemberian perlakuan ekstrak dan larutan glukosa hingga menit ke-180 (t30, t60, t90, t120, t150 dan t180), yang dilakukan pengukuran menggunakan alat glukometer (Nesco®). Persen penurunan kadar glukosa darah yang paling tinggi ditunjukkan setelah menit ke-180 pada kelompok EDR dengan dosis 125 mg / kgBB, ESB dosis 250 mg / kgBB dan EDL dosis 500 mg / kgBB yaitu sebesar 50,60%, 105,62%, dan 62,97%.
ISOLASI DAN SKRINING AKTINOMISETES LAUT PENGHASIL SENYAWA ANTIBAKTERI-MULTI DRUG RESISTANCE DARI SEDIMEN LAUT PANTAI GALESONG
Rahmita Burhamzah, Herlina Rante
Sampai saat ini, penyakit infeksi masih menempati urutan kedua penyakit mematikan di dunia. Sementara antibiotika kini telah banyak mengalami resistensi. Salah satu solusi dalam mengatasi masalah ini adalah dengan mencari sumber antibiotika baru, khususnya dari bahan alam, seperti aktinomisetes. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi aktinomisetes laut dari sedimen laut Pantai Galesong Kabupaten Takalar kemudian menguji aktivitas antibakterinya terhadap bakteri MDR (Multi-Drug Resistant). Metode diawali dengan isolasi aktinomisetes menggunakan metode sebar pada medium SNA (Starch Nitrate Agar) dengan memberi praperlakuan berupa pemanasan sampel pada suhu 500C selama 10 menit dan penambahan Nistatin sebagai antifungi. Penentuan aktivitas antibakteri isolat menggunakan metode uji antagonis terhadap bakteri Escherichia coli MDR dan Staphylococcus aureus MDR. Isolat dengan aktivitas antibakteri yang paling kuat diinokulasikan dalam medium produksi dan fermentasi SNB (Starch Nitrate Broth). Hasil fermentasi yang diperoleh diekstraksi dengan etil asetat dan ekstrak yang diperoleh ditentukan KHM-nya dengan membuat variasi konsentrasi secara menurun. Hasil isolasi diperoleh tiga isolat aktinomisetes, namun berdasarkan hasil uji antagonis, di antara ketiga isolat tersebut hanya ada satu isolat yang memiliki aktivitas antibakteri MDR. Isolat tersebut diberi nama isolat GLS 50-2-2 dengan ciri koloni berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan berpasir. Isolat GLS 50-2-2 memiliki aktivitas antbakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus MDR. Uji KHM isolat GLS 50-2-2 terhadap bakteri Staphylococcus aureus MDR dimulai dari konsentrasi 3%, 1,5%, 0,75%, 0,375%, dan 0,1875% dengan zona bening yang hanya diperlihatkan oleh konsentrasi 3% dan 1,5% dengan diameter daya hambat berturut-turut 24 mm dan 14 mm. Isolat GLS 50-2-2 berpotensi sebagai antibakteri S.aureus MDR
EVALUASI HEMATOTOKSIK SECARA IN VITRO NANOPARTIKEL ZnS HASIL REDUKSI BIOMATRIKS Eschericia coli
Lisa Kurniati, Andi Arjuna, Sukamto S Mamada
Nanopartikel ZnS merupakan material semi konduktor yang memiliki sifat unik dan manfaat yang besar dibidang kesehatan, terutama sebagai antibakteri dan biomarker kanker. Walaupun demikian, informasi mengenai toksisitas dari nanopartikel ZnS masih sangat terbatas. Oleh karena itu, pada penelitian ini telah dilakukan evaluasi hematotoksisitas secara in vitro nanopartikel ZnS hasil reduksi biomatriks Escherichia coli. Penyiapan nanopartikel ZnS diawali dengan pencampuran dispersi ZnSO4 konsentrasi 200 bpj ke dalam medium Luria Bertani Broth (LBB) yang ditumbuhi E.Coli sebagai bioreduktor. Produk yang dihasilkan dikarakterisasi dengan uji photolimunisence (PL) dan spektrofotometri pada rentang panjang gelombang 250-700 nm. Hasilnya, nanopartikel ZnS berpendar biru dan diidentifikasi pada λmax 288 nm dengan absorbansi 0,905. Partikel yang dihasilkan kemudian didispersikan dengan variasi volume 30 µl, 40 µl, 50 µl pada larutan tyrod. Data persentase hemolisis secara berturut-turut adalah 32%, 39%, 22%, 0% (kontrol negatif) dan 100% (kontrol positif). Sehingga dapat disimpulkan bahwa nanopartikel ZnS hasil reduksi E.coli memberikan efek toksik terhadap sel darah merah
STUDI PENAMBATAN MOLEKUL SENYAWA-SENYAWA BIOAKTIF DARI KULIT AKAR MURBEI (Morus sp.) TERHADAP RESEPTOR TNF-α
Muhammad Aswad, Lisa Christine, Nursamsiar Nursamsiar, Besse Hardianti
Tumor necrosis factor alfa (TNF)-α memiliki peranan penting dalam patogenesis beberapa penyakit inflamasi. Murbei dilaporkan memiliki efek penghambatan pada proses inflamasi. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui interaksi antara senyawa-senyawa bioaktif yang terdapat pada murbei terhadap reseptor TNF-α dengan metode simulasi docking molekuler. Docking dilakukan dengan menggunakan program AutoDock 4.2, dengan menambatkan senyawa pada sisi aktif reseptor TNF-α (PDB ID : 3EWJ) secara in silico. Hasil docking menunjukkan bahwa senyawa-senyawa bioaktif dari kulit akar murbei dapat berinteraksi dengan sisi aktif. Interaksi terbaik ditunjukkan oleh senyawa 86 dengan energi bebas ikatan -13,03 12kkal/mol, yang berinteraksi dengan residu asam amino yang penting pada reseptor TNF-α dan memiliki ikatan hidrogen yang sama pada Leu348, Glu406 dan Gly349 dengan menggunakan pembanding (1S, 3R, 6S)-4-oxo-6{4-[2-phenylquinolon-4-yl)methoxy]phenyl}-5-azaspiro [2.4]heptane-1-carboxylic acid sebagai ligan alami.
SKRINING FITOKIMIA EKSTRAK KULIT BUAH NANGKA (Artocarpus heterophyllus) DAN AKTIFITAS ANTIOKSIDANNYA TERHADAP [2,2’-azinobis-(3-ethylbenzothiazoline-6-sulfonate)] (ABTS)
Muhammad Raihan, Naufal Taqwa, A Rifka Hanifah, Subehan Lallo, Ismail Ismail, Muhammad Nur Amir
Buah Nangka (A. heterophyllus) merupakan salah satu komoditi utama buah-buahan di Indonesia dengan tingkat nutrisi dan kandungan kimia yang bermanfaat dan beragam. Limbah kulit buah nangka diduga juga mengandung metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan sebagai senyawa sumber antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis senyawa yang terdapat pada ekstrak kulit buah dan mengukur aktivitas antioksidannya terhadap ABTS. Golongan senyawa diuji dengan menggunakan pereaksi untuk mengetahui kandungan kimia dalam ekstrak kulit buah nangka berupa antara lain flavonoid, alkaloid, tanin/fenolik, saponin, terpenoid. Profil KLT yang diperoleh menggunakan densitometer menunjukkan nilai Rf 0.27 dan 0.40 kemungkinan merupakan senyawa flavonoid sedangkan pada Rf 0.9 dideteksi positif untuk senyawa terpenoid. Uji aktivitas antioksidan terhadap hasil fraksinasi esktrak kulit buah nangka menujukkan bahwa fraksi 3 menghasilkan nilai IC50 yang paling besar di antara fraksi-fraksi kulit buah nangka dengan nilai sebesar 87.09 μg/ml terhadap ABTS
Cabai merupakan salah satu komoditas yang berkontribusi besar pada inflasi di Indonesia. Produksi cabai sering mengalami serangan hama dan penyakit yang merupakan salah satu penyebab utama kegagalan panen. Akibat dari serangan hama tersebut dapat mencapai kerugian sebesar 40-50%. Kerugin tersebut menyebabkan petani tidak mau mengambil resiko dan menempuh jalan yang singkat yaitu denga penggunaan pestisida kimia secara berlebihan yang secara tidak langsung dapat meninggalkan residu pestisida. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar residu pestisida klorpirifos dan propenofos yang terdapat dalam cabai. Sampel diambil dari desa Bungin kecamatan Bungin kabupaten Enrekang dan diekstraksi menggunakan metode QuEChERS dan dianalisis dengan alat GC/MS, sehingga diperoleh hasil bahwa cabai merah, cabai keriting dan cabai rawit mengandung pestisida dengan bahan aktif klorfirifos yang ditandai dengan munculnya peak pada menit ke 6 dengan base 314 m/z, dan konsetrasi masing-masing 0,0312; 0,0311; dan 0,0627 ppm; namun masih aman untuk di konsumsi karena masih di bawah batas maksimum residu yang di perbolehkan yaitu 20 ppm untuk pestisida klorpirifos.
Penggunaan pestisida di Indonesia sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem pertanian. Klorpirifos merupakan salah satu kelompok pestisida golongan organofosfat yang banyak digunakan untuk membunuh berbagai serangga. Adanya residu klorpirifos dapat menyebabkan gangguan kesehatan sehingga deteksi residu klorpirifos dalam produk pangan merupakan hal yang penting. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar residu klorpirifos pada beras yang berasal dari Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara dan keamanannya untuk dikonsumsi. Sampel beras diambil langsung dari beberapa petani di Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara. Sampel diekstraksi dan di clean-up menggunakan metode QuEChERS dan dianalisis menggunakan GC/MS. Kadar residu klorpirifos dibandingkan dengan standar Batas Maksimum Residu (BMR)pada SNI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa residu klorpirifos pada sampel A, B dan C masing-masing sebesar 0,133; 0,092; dan 0,308 mg/kg. Dengan demikian, beras yang berasal dari Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara memiliki kadar residu di bawah nilai BMR (0,5 mg/kg) sehingga aman untuk dikonsumsi
Nanopartikel Zink Oksid (ZnO-NP) merupakan suatu material yang dapat digunakan sebagai nanoplatform dalam sistem penghantaran obat sekaligus pencitraan biologis karena karakteristiknya yang unik. Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis serta mengevaluasi pengaruh inkorporasi dua dopant (co-doping)magnesium (Mg2+) dan besi (III) (Fe3+) terhadap karakteristik optik dan struktur dari ZnO-NP. ZnO-NP (tanpa dopan, dengan dopan tunggal dan dengan dopan kombinasi) disintesis lewat jalur kimiawi dengan menggunakan metode ko-presipitasi sederhana. Larutan Zink Klorida dalam air digunakan sebagai material awal dan diendapkan dengan menambahkan Natrium Hidroksia dengan perbandingan molar 1:2. Sampel dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visible dan Powder X-Ray Diffractometer(P-XRD). Hasil analisis sifat optik menunjukkan serapan maksimum sampel berada pada kisaran 361- 367 nm dan kalkulasi nilai bandgap berdasarkan data serapan tersebut berada pada rentang 3,09-3,23 eV. Difraktogram sampel menunjukkan sampel yang terbentuk adalah ZnO-NP dengan struktur kristal hexagonal wurtzite. Dari data difraktogram yang diperoleh, besar ukuran butir diestimasi dengan beberapa persamaan dan diketahui rentang diameter kristal berada pada kisaran 17,25 hingga 27,74 nm. Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa inkorporasi dopan Mg2+/Fe3+ mempengaruhi karakteristik ZnO-NP. Perubahan karakterisik ini dapat mempengaruhi performa nanomaterial ini sebagai agen teranostik.
Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L.) merupakan tanaman yang telah banyak digunakan sebagai rempah dan obat tradisional dalam kehidupan sehari-hari. Tanaman ini mengandung senyawa bioaktif flavonoid yang memiliki efek antioksidan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ketinggian tempat tumbuh terhadap aktivitas antiokasidan dan toksisitas dari ekstrak rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.). Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi sedangkan kadar polifenol dan flavonoid total dilakukan dengan menggunakan metode Folin-ciocalteu dan metode kolorimetri yang dianalisis dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH (2,2-Difenil-1-Pikrihidrazil) dan sitotoksisitas dengan menggunakan metode BSLT (Brine Shrimp Lethaly Test). Ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat diperoleh rendemen sebesar 2,24% untuk dataran rendah, 3,51% dataran sedang dan dataran tinggi sebesar 3,77%. Analisis kadar fenolik dan flavanoid diperoleh berturut turut dari dataran rendah ke tinggi sebesar 6,08±0,26% dan 2,25±0,05%, 5,09±0,14% dan 1,09±0,08, 5,47±0,24% dan 1,16±0,3%. Aktifitas antioksidan yang tertinggi diperoleh pada dataran rendah diperoleh IC50 332,48 bpj, kemudian pada dataran tinggi dengan IC50 447,14 bpj dan pada dataran sedang diperoleh IC50 sebesar 518,57 bpj. Uji sitotoksik terhadap ketiga ekstrak menunjukkan hasil LC50 yang tidak terlalu berbeda antara ketiga lokasi tersebut.