DETEKSI FENOTIP ISOLAT Pseudomonas aeruginosa PENGHASIL METALLO BETA-LAKTAMASE (MBL) RESISTEN KARBAPENEM PADA PASIEN INFEKSI DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
Lukman Hardia, M Natsir Djide, Mansyur Arief
Resistensi antibiotik pada beberapa tahun terakhir menjadi ancaman yang muncul dan menyebabkan kekhawatiran bagi dunia kesehatan karena semakin meningkatnya bakteri yang resisten terhadap hampir semua golongan antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kejadian resistensi Pseudomonas aeruginosa terhadap antibiotik golongan karbapenem dan prevalensi fenotip isolat P. aeruginosa yang memproduksi Metallo Beta-Laktamase (MBL) pada pasien infeksi di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. Penelitian dilaksanakan di laboratorium patologi klinik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Mei-Juli 2019. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental laboratorium dengan teknik pengambilan sampel secara consecutive sampling. Bakteri P. aeruginosa diisolasi dari 50 pasien. Pengujian dilakukan meliputi uji sensitivitas antibiotik dengan menggunakan vitek 2 compact dan uji fenotip deteksi MBL dengan menggunakan metode Combined Disk test (CDT). Hasil penelitian bakteri P. aeruginosa yang menginfeksi pasien di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar telah mengalami resistensi terhadap antibiotika golongan karbapenem, sebesar 26% (13/50) dan 46,15% (6/13) Isolat P. aeruginosa yang resistensi terhadap antibiotika golongan karbapenem positif menghasilkan MBL.
AKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK ETANOL 96% RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma heyneana Val.) PADA MENCIT JANTAN YANG DIINDUKSI KALIUM OKSONAT DAN JUS HATI AYAM
Widyastiwi, Fajira Nurliyananda, Mohammad Roseno
Hiperurisemia adalah keadaan dimana kadar asam urat di dalam darah meningkat dan mengalami kejenuhan. Penggunaan tanaman sebagai alternatif pengobatan penyakit hiperurisemia saat ini semakin meningkat. Salah satu tanaman yang diduga memiliki aktivitas antihiperurisemia adalah temu giring (Curcuma heyneana Val.). Penelitian dilakukan untuk mengetahui efek antihiperurisemia ekstrak etanol 96% rimpang temu giring (Curcuma heyneana Val.) pada mencit putih jantan (Mus musculus) yang diinduksi kalium oksonat dan jus hati ayam. Penelitian dilakukan dengan desain eksperimental murni menggunakan 6 kelompok hewan uji, masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor mencit, yaitu kelompok kontrol normal, kontrol negatif, pembanding alopurinol, dan ekstrak etanol 96% temu giring (Curcuma heyneana Val.) dengan dosis masing-masing 50 mg/kgBB, 250 mg/kgBB, dan 500 mg/kgBB. Induksi hiperurisemia dilakukan dengan pemberian jus hati ayam selama 7 hari dan kalium oksonat yang diberikan pada hari ke-8. Pengukuran kadar asam urat dalam serum darah mencit putih jantan dilakukan dengan metode enzimatik menggunakan fotometer klinis dengan panjang gelombang 505 nm. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol 96% rimpang temu giring (Curcuma heyneana Val.) dosis 50 mg/KgBB, 250 mg/KgBB, dan 500 mg/KgBB mampu menurunkan kadar asam urat hewan coba secara signifikan (p<0.05). Aktivitas antihiperurisemia ekstrak dosis 50 mg/KgBB, 250 mg/KgBB, dan 500 mg/KgBB masing-masing sebesar 50.71%, 94.29%, dan 136.43%. Aktivitas antihiperurisemia terbaik ditunjukkan oleh ekstrak etanol 96% rimpang temu giring (Curcuma heyneana Val.) dosis 500 mg/KgBB. Penelitian ini mendukung potensi temu giring (Curcuma heyneana Val.) untuk dikembangkan sebagai terapi komplementer hiperurisemia.
Hiperlipidemia merupakan salah satu kelainan metabolik yang ditunjukkan oleh kadar lemak darah yang tidak normal. Hiperlipidemia dapat menjadi penyebab dari Cardiovascular disease (CVD) atau penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab utama kematian secara global. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan obat antihiperlipidemia secara in silico dari senyawa yang terkandung dalam tanaman anggur (Vitis vinifera L.) dengan reseptor HMG-COA reductase inhibitors dengan kode PDB 3CCZ. Pengujian dilakukan dengan serangkaian proses meliputi pencarian senyawa, analisis ADMETOKS, skrining farmakofor dan molecular docking menggunakan AutoDockTools-1.5.6. Berdasarkan hasil uji in silico, diperoleh bahwa isorhamnetin yang terkandung dalam tanaman anggur berpotensi untuk dikembangkan menjadi salah satu kandidat obat antihiperlipidemia dengan nilai ikatan energi dan konstanta inhibisi yang rendah yaitu -7.36 dan 4.01 μM yang juga disertai kesamaan interaksi residu asam amino antara standar dan isorhamnetin yang terdapat pada Asn 658 dan Gly 808.
KERAGAMAN GENETIK BERDASARKAN MARKA RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA DARI Punica granatum L. DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERINYA TERHADAP BAKTERI Staphyloccocus aureus DAN Pseudomonas aeruginosa.
Rifdah Anggrini Zabir, Dr. Herlina Rante, M.Si., Apt, Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si., Apt, Dr. Siti...
Delima (Punica granatum L.) merupakan salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat. P. granatum mempunyai berbagai khasiat, salah satunya sebagai antibakteri. Adanya efek antibakteri pada P. granatum karena mengandung senyawa antibakteri seperti, fenolik, flavonoid, dan tannin. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun P. granatum var Album, P. granatum var Nana dan P. granatum var Saveh Black terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Pseudomonas aeroginosa ATCC 9027 serta mengetahui tingkat kekerabatan dan keragaman geneticnya. Ekstrasi yang digunakan yaitu metode maserasi menggunakan etil asetat, etanol 96, 70, dan 30%. Hasil menunjukkan ekstrak etanol 96% P. grantum dan ekstrak etanol 70% P. granatum memiliki aktivitas penghambatan terhadap bakteri S. aureus dan bakteri P. aeruginosa, sementara ekstrak etil asetat P. granatum memiliki aktivitas penghambatan terhadap bakteri S. aureus tetapi tidak memiliki memberikan aktivitas penghambatan terhadap bakteri P. aeruginosa, sedangkan ekstrak etanol 30% P.grantum daerah Gowa dan Kediri tidak memberikan aktivitas penghambatan terhadap S. aureus dan P. aeruginosa. Analisis RAPD dan dendogram menunjukkan bahwa hubungan kekerabatan antara dua kelompok P. granatum berkisar 0,65-0,72. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman genetik antara ketiga varietas P. granatum dengan empat daerah yang berbeda cukup rendah meskipun memiliki fenotip yang berbeda.
Jerawat merupakan salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermis. Salah satu bahan alam yang dapat dimanfaatkan yaitu ekstrak etanol buah belimbing wuluh (eBW) yang berkhasiat sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi sediaan serum wajah yang stabil secara farmasetik dan memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermis dengan metode difusi cakram. Sediaan serum wajah diformulasi pada beberapa konsentrasi eBW yaitu FI (10%), FII (15%), dan FIII (20%). Evaluasi sediaan serum wajah meliputi pemeriksaan organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar, freeze and thaw, serta aktivitas antibakteri. Analisa data secara deskriptif dan uji statistik One Way ANOVA. Berdasarkan penelitian yang dilakukan formulasi serum ekstrak etanol buah belimbing wuluh pada semua formula memiliki stabilitas fisik yang baik yang ditunjukkan dengan pengujian stabilitas freeze and thaw tidak mengalami pemisahan fase, tampilan fisik, bentuk, bau, warna tidak berubah serta susunan yang homogen pada semua sediaan. Namun pada bagian pemeriksaan pH dan daya sebar mengalami penurunan dari minggu pertama ke minggu terakhir. Hasil uji One way ANOVA terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) antar formula terhadap diameter zona hambat. Semakin tinggi konsentrasi eBW, maka akan semakin tinggi aktivitas antibakterinya. Formula III (20%) memiliki daya hambat paling besar dibandingkan formula lainnya dengan daya hambat secara berurutan pada bakteri Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus epidermis yaitu 18,10±0,20 mm, 17,03±0,35 mm dan 17,00±0,26 mm.
KARAKTERISASI SENYAWA DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI ISOLAT Actinomycetes rhizosfer TANAMAN TEH (Camellia sinensis L.)
Rismayanti Fauziah, Risna, Natsir Djide, Subehan
Actinomycetes merupakan genus yang paling dominan dalam kelompok bakteri penghasil antibiotik dengan 80% dari turunan antibiotiknya telah diidentifikasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan karakter senyawa metabolit sekunder dan aktivitas antibakteri dari senyawa isolat Actinomycetes rhizosferCamellia sinensis L. Diperoleh tiga isolat dari hasil isolasi dan diberi nama berturut-turut TH.1, TH.2 dan TH.3. Skrining aktivitas antibakteri dilakukan dengan uji antagonis. Isolat dengan aktivitas antibakteri tertinggi dilanjutkan untuk tahap selanjutnya. Dilakukan fermentasi selama 14 hari untuk memperoleh metabolit sekunder dari isolat Actinomycetes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dari isolat Actinomycetes memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25922 dan Escherichia coli ATCC 25922. Pada uji Kromatografi Lapis Tipis diperoleh hasil positif senyawa golongan alkaloid. Berdasarkan pengujian karakterisasi isolat dengan Spektroskopi UV-Vis dan FTIR diperoleh hasil senyawa isolat Actinomycetes merupakan senyawa alkaloid dengan panjang gelombang 271.00 nm dengan nilai absorbansi 0.727 dan mempunyai gugus fungsi N-H pada serapan 2852.81 cm-1 dan pada serapan 2922.25 cm-1 yang merupakan ciri khas dari alkaloid.
KORELASI KADAR EGCG (Epigallocatechin gallate) DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI PLASMA TIKUS (Rattus norvegicus) TERHADAP Staphylococcus aureus SETELAH PEMBERIAN FRAKSI ETANOL TEH HIJAU DOSIS TUNGGAL
Wa Ode Nurtina, Elly Wahyudin, Sartini
Epigallocatechin gallate (EGCG) merupakan senyawa polifenol utama dalam teh hijau, selain epigallocatechin (EGC), epicatechin gallate (ECG) dan epicatechin (EC). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa EGCG memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, tetapi memiliki bioavailabilitas per oral rendah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui korelasi kadar EGCG dalam plasma dan aktivitas antibakterinya setelah pemberian fraksi etanol teh hijau dosis tunggal 100 mg/kg bb tikus. Teh hijau diekstraksi dengan heksana 1 : 10 menggunakan metode Ultrasonic-Assisted Extraction (UAE) selama 2 x 15 menit. Fraksi tidak larut heksana diekstraksi kembali dengan metode yang sama menggunakan etanol 50 % (1:10). Fraksi etanol teh hijau yang diperoleh ditetapkan kadar total EGCG dengan metode Ultra-Fast Liquid Chromatography. Fraksi etanol teh hijau dosis 100 mg/kg bb diberikan secara per oral terhadap 3 ekor tikus jantan dan sebagai pembanding adalah diberikan larutan kolloidal CMC 1 %. Kadar EGCG dalam plasma dianalisis setelah pemberian per oral berturut-turut 15, 30, 60, dan 120 menit dan ditentukan aktivitas antibakterinya dengan metode difusi agar. Hasil penelitian menunjukkan kadar EGCG dalam plasma pada menit pengambilan ke-15, 30, 60, dan 120 berturut-turut adalah 12,674 bpj, 13,277 bpj, 13,035 bpj, dan 12,298 bpj serta memiliki aktivitas antibakteri terhadap S.aureus dengan diameter daerah hambatan rerata berturut-turut 10,93 mm, 11,39 mm, 10,81 mm, dan 9,93 mm. Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan nilai signifikansi kadar EGCG dan aktivitas antibakteri plasma setelah pemberian fraksi etanol teh hijau pada menit ke-15, 30, 60, dan 120 yaitu 0,037 (p<0,05). Kesimpulan: ada korelasi antara kadar EGCG fraksi etanol teh hijau dalam plasma dengan aktivitas antibakterinya.
HUBUNGAN TEKANAN DARAH SISTOLIK DENGAN KADAR HBA1C PADA PASIEN HIPERTENSI DAN DIABETES MELLITUS TYPE 2 DI RS UNHAS MAKASSAR
Hasteti Husni -, Elly Wahyudin, Hasyim Kasim
Hipertensi adalah komorbiditas umum pada pasien diabetes mellitus, dengan prevalensi hingga dua pertiga dari populasi. Hipertensi ditemukan 1,5 sampai 3 kali lebih sering pada penderita diabetes mellitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah sistolik dengan kadar HbA1c pada pasien hipertensi dan diabetes mellitus di Instalasi Rawat Inap RS UNHAS Makassar periode 2019-2020. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang dilakukan dengan metode deskriptif menggunakan data retrospektif berupa penelusuran data rekam medis pasien hipertensi dan diabetes mellitus yang memilki data pemeriksaan tekanan darah dan kadar HbA1c. Subjek penelitian dipilih dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi yakni sebanyak 56 sampel. Pada penelitian ini didapatkan distribusi frekuensi jenis kelamin meliputi 35 orang (62,5%) perempuan dan 21 orang (37,5%) laki-laki. Distribusi frekuensi jumlah kelompok usia terbanyak yakni pada rentang 45-64 tahun yakni sebanyak 30 orang (56,6%), usia >65 tahun sebanyak 17 orang (30,4%), dan usia 26-45 tahun sebanyak 9 orang (16,1%). Distribusi frekuensi tekanan darah sistolik pada pasien hipertensi dengan diabetes mellitus tipe 2 dengan tekanan darah normal <140 mmhg yakni sebanyak 21 orang (41,1%), dan pasien dengan tekanan darah >140 mmhg yakni sebanyak 33 orang (58,9%). Distribusi frekuensi kadar HbA1c dengan kategori baik <6,5 yakni 4 orang (7,1%), kategori sedang 6,5-8 yakni 17 orang (30,4%), dan kategori buruk >8 yakni sebanyak 35 orang (62,5%). Hasil analisis data menggunakan rumus chi-square dengan uji alternatif fisher exact melalui cross tabulasi dengan tingkat kesalahan (alpha) 0,05 didapatkan P value = 0,789 (P>0.05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tekanan darah sistolik dengan kadar HbA1c pada pasien hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2.
SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK DENGAN AIR REBUSAN DAUN PEGAGAN (Centella asiatica L.) DAN UJI AKTIVITAS DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Pseudomonas aeruginosa DAN Staphylococcus aureus
Indah, Muhammad Asri, Nielma Auliah, Andi Triraparti Ashari
Daun pegagan (Centella asiatica L.) mengandung bahan aktif seperti saponin, tanin, flavonoid, steroid serta triterpenoid yang dapat mereduksi ion perak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah air rebusan daun pegagan dapat digunakan sebagai bioreduktor dalam mensintesis nanopartikel perak serta untuk mengetahui apakah hasil biosintesis daun pegagan memiliki aktivitas daya hambat terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Penentuan aktivitas daya hambat terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus dengan metode difusi cakram. Hasil penelitian menunjukan air rebusan daun pegagan segar dapat digunakan sebagai bioreduktor dalam mensintesis nanopartikel perak yang ditandai dengan adanya puncak serapan pada panjang gelombang 400-500 nm. Ukuran nanopartikel perak yang dihasilkan berkisar 50 s/d 90 nm. Aktivitas antibakteri dari hasil biosintesis memiliki rata-rata zona hambat 25 mm (sangat kuat) untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa dan 22,6 mm (sangat kuat) untuk Staphylococcus aureus. Disimpulkan bahwa daun pegagan dapat mereduksi dan memiliki aktivitas antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus.
EFEKTIVITAS EKSTRAK BUAH KELOR (Moringa oleifera L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA MENCIT (Mus musculus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN
Suharniayanti Hasanuddin, Sisilia TR Dewi, Jumain
Buah Kelor (Moringa oleifera L.) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai aktivitas antidiabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas Esktrak Buah Kelor (Moringa oleifera L.) (EBK) terhadap penurunan kadar glukosa darah pada mencit (Mus musculus) setelah diinduksi aloksan dosis 120 mg/ kgBB. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan aloksan sebagai penginduksi diabetes mellitus pada hewan uji mencit. Sebanyak 15 mencit dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Kelompok I sebagai kontrol negatif diinduksi aloksan dan diberi Na-CMC 1%, kelompok II diinduksi aloksan dan diberi ekstrak buah kelor (EBK) 5%, kelompok III diinduksi aloksan dan diberi EBK dengan konsentrasi 10%, kelompok IV diinduksi aloksan dan diberi EBK dengan konsentrasi 15%, dan kelompok V diinduksi aloksan dan diberi glibenklamid. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata persentase penurunan untuk setiap kelompok perlakuan yaitu pada kelompok kontrol negatif yang diberi Na-CMC 1% memiliki persentase penurunan sebesar 3,84%, kelompok yang diberi EBK 5% memiliki persentase penurunan sebesar 85,95%, untuk kelompok yang diberi EBK 10% memiliki persentase penurunan sebesar 56,3%, kelompok yang diberi EBK 15% memiliki persentase penurunan sebesar 71,15% dan untuk kelompok kontrol positif yang diberi glibenklamid memiliki persentase penurunan sebesar 102,38%. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa pemberian ekstrak buah kelor (Moringa oleifera L.) terbukti dapat menurunkan kadar glukosa darah pada mencit (Mus musculus ) yang diinduksi aloksan pada konsentrasi 5%,10%, 15% dan didapatkan konsentrasi paling efektif yaitu pada kelompok yang diberi ekstrak Buah Kelor 5% dengan rata-rata persentase penurunan sebesar 85,95%.