KETERCAPAIAN TARGET GLIKEMIK DAN ANALISIS FAKTORFAKTOR TERKAIT PADA PASIEN DIABETES TIPE 2
Putu Dian Marani Kurnianta, Pande Made Desy Ratnasari, Heny Dwi Arini
Bukti-bukti ilmiah menunjukkan keterkaitan antara rendahnya ketercapaian target glikemik selama pengobatan DM tipe 2 dengan risiko komplikasi kronik. Apabila kegagalan pengobatan tersebut diabaikan, maka ancaman global yang dihadapi akan terus meningkat. Oleh karena itu, penelitian cross sectional ini bertujuan untuk menyelidiki kegagalan pengobatan, khususnya ketercapaian target glikemik berupa tingkat kejadian dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada pasien DM tipe 2 di daerah Gianyar. Data rekam medik dari salah satu rumah sakit di Gianyar, Bali, selama periode 2016-2020, diseleksi berdasarkan kriteria inklusi yang meliputi pasien rawat jalan berusia ≥18 tahun, terdiagnosis DM tipe 2 pertama kali, tidak berpindah fasilitas kesehatan selama enam bulan, dan memperoleh antidiabetika oral atau insulin secara konsisten. Penentuan status kegagalan pengobatan berdasarkan target kontrol glikemik oleh ADA. Pada sejumlah total 145 subjek yang terlibat, proporsi kegagalan pengobatan DM tipe 2 mencapai 64,83%. Hasil analisis deskriptif enam faktor pada penelitian ini menunjukkan bahwa kegagalan pengobatan cenderung terjadi pada laki-laki (59,57%), usia ≤60 tahun (75,53%), subjek yang tidak bersekolah (39,36%), subjek dengan komplikasi (7,45%), subjek berpenyakit penyerta (51,06%), dan pengguna insulin (58,51%). Berdasarkan Uji χ2 atau Uji Fisher’s Exact (p<0,05, 95%), penelitian ini mempresentasikan hubungan signifikan antara faktor usia dan faktor penggunaan antidiabetika terhadap tingginya kegagalan pencapaian target glikemik selama pengobatan.
REVIEW: PERAN KUNYIT (Curcuma longa) SEBAGAI TERAPI HIPERTENSI DAN MEKANISMENYA TERHADAP EKSPRESI GEN
Gelisa Wulandari, Yani Mulyani, Agus Sulaeman
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik dan atau diastolik melebihi normal dan menjadi salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi di dunia. Penggunaan obat-obatan sintetis dalam terapi hipertensi yang digunakan pada jangka panjang dapat menyebabkan efek samping, sehingga masyarakat mulai beralih menggunakan obat tradisional. Penggunaan kunyit (Curcuma longa) sebagai obat tradisional memiliki pengaruh yang baik karena kandungan salah satu komponen yang ada didalamnya yaitu curcumin mampu memperbaiki penyakit kardiovaskular termasuk hipertensi. Namun kajian tentang kunyit (Curcuma longa) sebagai obat tradisional masih dalam cakupan Obat Herbal Terstandar (OHT) dan belum sampai pada fitofarmaka. Curcumin bekerja dengan mempengaruhi berbagai target molekuler melalui interaksinya secara fisik dengan target atau dengan memodulasi faktor transkripsi, aktivitas enzim ataupun ekspresi gen. Ulasan ini merangkum peran kunyit (Curcuma longa) sebagai terapi hipertensi dan mekanismenya terhadap ekspresi gen dengan melakukan penelusuran jurnal ilmiah terpublikasi taraf internasional 10 tahun terakhir (2010-2020) melalui database elektronik berupa PubMed, ScienceDirect dan Google Scholar. Kunyit (Curcuma longa) dapat digunakan pada terapi hipertensi melalui perannya sebagai antioksidan, antiinflamasi, pencegah proliferasi sel otot polos pembuluh darah serta pada reseptor β-adrenergik dan beberapa mekanisme kerjanya terutama ke arah ekspresi gen eNOS, iNOS, ACE, AT1R, arginase, COX-2, Bcl-2 dan Caspase-3. Banyaknya manfaat dan potensi yang dimiliki kunyit (Curcuma longa) terutama perannya dalam mekanisme ekspresi gen pada hipertensi yang nantinya dapat dikembangkan lebih lanjut melalui berbagai pengujian.
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN PETUGAS APOTEK TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIK ORAL DI KABUPATEN SIDOARJO, INDONESIA
Ilil Maidatuz Zulfa, Fitria Dewi Yunitasari
Salah satu faktor yang berkontribusi pada resistensi bakteri adalah penggunaan antibiotik yang tidak rasional seperti pada fenomena penggunaan antibiotik tanpa resep. Fenomena penggunaan antibiotik tanpa resep yang terjadi tidak lepas dari pola pikir masyarakat maupun petugas apotek. Kurangnya pengetahuan petugas apotek tentang antibiotik, resistensi bakteri, dan aspek legal dari dispensing antibiotik berkontribusi pada pemberian layanan antibiotik di komunitas di beberapa negara dengan pendapatan rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan petugas apotek tentang antibiotik terhadap pelayanan antibiotik oral yang mereka berikan di Kabupaten Sidoarjo. Studi observasional dengan pendekatan secara cross sectional dilakukan kepada petugas apotek dengan membagikan kuisioner secara daring. Sebanyak 233 petugas apotek dari 56 apotek di Kabupaten Sidoarjo telah dilibatkan dalam penelitian. Sebagian besar dari responden memiliki pengetahuan baik tentang antibiotik (48,93%) serta hanya melayani antibiotik oral hanya berdasarkan atas resep (68,00%) walaupun masih sekitar 30,00% yang melayani berdasar resep dan non resep. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan petugas apotek tentang antibiotik terhadap bentuk pelayanan antibiotik oral yang diberikan (p-value 0,001). Peningkatan pengetahuan petugas apotek tentang antibiotik akan berkontribusi pada bagaimana mereka melayani anitibiotik berdasarkan aturan yang berlaku sehingga peningkatan pengetahuan tentang antibiotik ditengah petugas apotek yang bertugas di layanan sangat penting untuk dilakukan.
EFEK HIPOGLIKEMIK LARVA UNDUR-UNDUR DARAT (Myrmeleon frontalis) DARI TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL PADA TIKUS
Mr. Harwoko, Mrs. Rahajeng, Mrs. Sherli
Prevalensi diabetes melitus di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 1,5% di semua umur, sementara prevalensi global pada populasi orang dewasa terus meningkat selama empat dekade terakhir dari 4,7% menjadi 8,5%. Secara empiris, masyarakat Indonesia memanfaatkan larva undur-undur darat (Myrmeleon sp.) untuk menurunkan kadar gula darah dengan cara menelan langsung larva hidup atau memasukkannya ke dalam kapsul. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek hipoglikemik serbuk dan ekstrak larva M. frontalis melalui tes toleransi glukosa oral pada tikus. Sebanyak 28 ekor tikus Wistar jantan diinduksi dengan glukosa monohidrat 2 g/kgBB secara oral, kemudian dibagi menjadi 7 kelompok dengan 4 kali ulangan. Kelompok 1 dan 2 diberikan serbuk undur-undur darat dosis 25 dan 50 mg/kgBB, kelompok 3–5 mendapatkan ekstrak pada dosis 12,5; 25; dan 50 mg/kgBB, serta kelompok 6 dan 7 diberikan Na-CMC 0,5% (kontrol negatif) dan glibenklamid 0,50 mg/kgBB (kontrol positif). Persentase penurunan kadar gula darah (%PKGD) ditunjukkan oleh serbuk larva M. frontalis pada kisaran 13,80–29,35%, sedangkan %PKGD pada ekstrak etanolik diperoleh pada rentang 11,34–23,49%. Perbandingan nilai AUC0-180 serbuk dosis 50 mg/kg tidak berbeda signifikan dengan kontrol positif (p>0,05). Dengan demikian, serbuk undur-undur darat memiliki efek hipoglikemik setara dengan glibenklamid sehingga potensial untuk dikembangkan sebagai obat antidiabetik oral.
ISOLASI FUNGI ENDOFIT DARI DAUN ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) SEBAGAI PENGHASIL SENYAWA ANTIBAKTERI
Herlina Rante, Abdul Halim Umar, Dominggus Paniel Mau
Fungi endofit merupakan sekelompok jamur yang sebagian atau seluruh hidupnya berada dalam jaringan tumbuhan hidup dan biasanya tidak merugikan pada inangnya. Fungi endofit umumnya memproduksi metabolit sekunder yang memiliki aktivitas biologis yang bermanfaat seperti misalnya senyawa-senyawa anti kanker, antivirus, atau antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi fungi endofit dari daun T. indica L. serta menguji aktivitas antibakteri metabolit sekunder fungi endofit yang diperoleh terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Proses isolasi fungi endofit menghasilkan 1 isolat yang diberi kode TID-1. Produksi senyawa antibakteri dilakukan melalui proses fermentasi isolat fungi endofit TD-1 selama 18 hari pada kondisi teragitasi menggunakan medium PDYdari isolat TID-1. Pada akhir proses fermentasi, media fermentasi diekstraksi dengan etil asetat dan biomassa diekstrasi dengan metanol. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat dengan konsentrasi ekstrak 200 ppm/disk, 300 ppm/disk, dan 400 ppm/disk mampu menghambat pertumbuhan E. coli sebesar 8.43 mm, 9.6 mm, dan 10.86 mm. Pada konsentrasi 300 ppm/disk dan 400 ppm/disk menghambat pertumbuhan S. aureus sebesar 10,11 mm dan 12,8 mm, sedangkan ekstrak metanol tidak memberikan aktivitas antibakteri., sehingga dapat disimpulkan bahwa metabolit sekunder fungi endofit yang diisolasi dari daun asam jawa (T . indica L.) berpotensi sebagai penghasil senyawa antibakteri.
PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria), RIMPANG BANGLE (Zingiber cassumunar) DAN DAUN PARE (Momordica charantia) TERHADAP KADAR ALT, AST DAN PROFIL HEMATOLOGI TIKUS PUTIH
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi ekstrak etanol rimpang bangle, rimpang temu putih dan daun pare terhadap kadar ALT, AST dan profil hematologi tikus putih. Penelitian ini menggunakan 4 kelompok perlakuan dengan dosis 10, 50, 100 mg/100 gBB dan kontrol negatif masing-masing terdiri atas 5 ulangan. Campuran ketiga ekstrak dibuat suspensi menggunakan NaCMC dan diberikan sekali sehari. Pengamatan dilakukan pada hari ke 29,dengan sampel darah diambil untuk pengujian kadar ALT, AST dan profil hematologi. Parameter hematologi yang dianalisis meliputi leukosit, eritrosit, hemoglobin (Hgb), hematokrit (Hct), dan platelet (Plt). Hasil penelitian menunjukkan, setelah pemberian kombinasi ketiga ekstrak tersebut terjadi kenaikan nilai ALT untuk dosis 10, 100mg/100 gBB, dan kontrol negatif masing-masing 9,37%, 78,07%, dan 3,21 %, sedangkan untuk dosis 50mg/100 gBB terjadi penurunan sebesar 0,61%. Adapun nilai AST memperlihatkan kenaikan untuk dosis 10, dan 100mg/100 gBB masing-masing sebesar 45,45 % dan 102,31%, sedangkan untuk dosis 50 mg/100 gBB memperlihatkan kenaikan sebesar 28,10% yang mendekati kenaikan nilai kelompok kontrol (37,72%), sehingga dosis terbaik dari kombinasi ketiga ekstrak adalah 50 mg/KgBB.Dosis ini digunakan untuk uji hematologi. Hasil pengujian hematologi memperlihatkan WBC meningkat sebesar 20,41%, RBC menurun sebesar 0,53%, sedangkan jumlah Hgb, Hct dan plt menurun masing–masing sebesar 5,08%, 8,18%, dan 12,41%. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian kombinasi ekstrak etanol rimpang temu putih, rimpang bangle dan daun pare tidak memberikan pengaruh pada nilai WBC, RBC, HgB, Hct , namun dapat menurunkan Plt tikus putih hingga berada di bawah normal.
PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK PROPOLIS DALAM SEDIAAN SALEP TERHADAP PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus.
Musdalifah ., M. Natsir Djide, Nur Ida
Propolis adalah resin alami yang dikumpulkan oleh lebah madu dari tumbuhan dan digunakan secara luas dalam pengobatan tradisional. Sifat antibakteri dan antijamur dari ekstrak propolis telah diselidiki secara ekstensif, namun belum diketahui konsentrasi efektif propolis untuk diformulasikan sebagai salep antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi efektif ekstrak propolis dalam sediaan salep untuk menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Pengujian aktivitas antimikroba dilakukan dengan metode difusi menggunakan kertas cakram dengan masa inkubasi 24 jam. Diameter hambatan yang terbentuk diukur dan dianalisis secara statistik menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hasil penelitian menunjukkan diameter hambatan rata-rata salep propolis 1% sebesar 9,5 mm, 5% sebesar 9,7 mm, 10% sebesar 10,8 mm, dan kontrol positif sebesar 15,5 mm. Hasil analisis statistik nilai F hitung (36,6) > F tabel pada taraf 1% (7,591) dan 5% (4,006), sehingga menunjukkan ada pengaruh variasi konsentrasi ekstrak propolis pada sediaan salep terhadap luas diameter hambatan pada taraf 1% dan 5%. Disimpulkan bahwa konsentrasi yang efektif ekstrak propolis dalam sediaan salep dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 1%.
ANALISIS MEDICATION ERROR FASE PRESCRIBING, TRANSCRIBING DAN DISPENSING DI PUSKESMAS KOTA SEMARANG
Meki Pranata, Abdur Rosyid, Ainul Malikha
Medication error merupakan kegagalan yang terjadi pada proses terapi pengobatan yang dapat menyebabkan dampak negatif sehingga menimbulkan risiko yang fatal bagi pasien terhadap penyakitnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya kejadian medication error dalam pelayanan obat di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian observational yang menggunakan metode cross sectional. Pengambilan data dilakukan di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang pada bulan September - Oktober 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi medication error dengan tingkat keparahan risiko berdasarkan matriks grading risiko di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang. Pada tahap prescribing terjadi kesalahan yaitu: tidak ada nomor SIP dokter 100% (moderat), tidak ada nomor telepon dokter 100% (moderat), tidak ada alamat dokter 100% (moderat), tidak ada jenis kelamin pasien 100% (moderat), salah/ tidak ada umur pasien 0,3% (rendah), tidak ada berat badan pasien 100% (moderat) dan tidak ada tinggi badan pasien 100% (moderat). Pada tahap transcribing tidak ditemukan adanya kejadian medication error yang berarti bahwa tidak terjadi kesalahan dalam proses penerjemahan resep di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang. Pada tahap dispensing terjadi kesalahan yaitu: obat ada yang kurang 1,1% (moderat), pemberian etiket salah/ tidak lengkap 0,3% (rendah) dan informasi aturan penggunaan obat salah/ tidak lengkap 47,2% (moderat). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terjadi medication error pada fase prescribing (peresepan) dan dispensing (penyiapan obat) di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang pada periode September-Oktober 2020.
Mutasi pada protein anti-apoptosis BCL-2 merupakan salah satu penyebab terjadinya kanker payudara. Beberapa studi in vitro telah menunjukkan bahwa Eupatorium triplinerve Vahl, yang mengandung flavonoid, timohidrokuinon, terpenoid, karoten, vitamin C, stigmasterol, dan kumarin memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker payudara. Kumarin telah dilaporkan oleh berbagai penelitian berperan dalam berbagai jalur penghambatan terjadinya kanker. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan dan menilai docking dari turunan senyawa kumarin yang terdapat pada tanaman Eupatorium triplinerve Vahl, yakni ayapanin dan ayapin, terhadap protein BCL-2. Docking dilakukan dengan menggunakan program command Autodock Vina pada personal computer (PC) dengan sistem operasi Windows 10 64-bit. Struktur protein BCL-2 dengan kode PDB 6QGG diunduh dari RCSB Protein Data Bank dan struktur 3D dari ayapanin dan ayapin diambil dari situs PubChem. Proses moleculer docking dilakukan secara bertahap dari penyiapan ligan dan protein, validasi metode docking, proses docking, hingga analisis data. Energi ikatan yang diperoleh dari docking antara senyawa ayapanin dan ayapin terhadap protein BCL-2 adalah -6.3 kcal/mol dan -6.9 kcal/mol dibandingkan dengan energi ikatan ligan bawaan, yakni -10.3 pada kantung aktif yang sama. Dengan demikian, ayapanin dan ayapanin memiliki potensi sebagai senyawa inhibitor protein anti-apoptosis BCL-2.