Main Article Content
Abstract
The purpose of this study is to explain how ASEAN solved problems in stabilizing their territory. As we know the formation of ASEAN as a regional organization of Southeast Asia is to liberate countries in Southeast Asia from the influence of The Great Powers. This is in line with the realism that deeply bound within ASEAN. Ahead of the 15th anniversary of the formation of ASEAN, there was a major conflict between Vietnam and Cambodia, precisely in the 1970s. This is one of the catalysts that destabilize the ASEAN’s stances to avoid various types of multilateral relations. The method used in this research is qualitative with historical analysis from various literatures. After successfully resolving the conflict, in 1994 ASEAN established ARF as a workplace to discuss security in Asia, in order to facilitate such conflicts to occur again. ARF members are not only ASEAN countries but also superpowers. This is contrary to the foundation of ASEAN itself. In essence it shows that realism is willing to subdue with liberalism.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana ASEAN memecahkan masalah dalam menstabilkan wilayah mereka. Seperti kita ketahui terbentuknya ASEAN sebagai organisasi regional Asia Tenggara adalah untuk membebaskan negara-negara di Asia Tenggara dari pengaruh The Great Powers. Hal ini sejalan dengan realisme yang begitu dalam terikat di dalam fondasi ASEAN. Jelang 15 tahun terbentuknya ASEAN, terjadi sebuah konflik besar antara Vietnam dan Kamboja, tepatnya tahun 1970-an. Tampaknya konflik ini merupakan salah satu katalisator yang menggoyahkanpendirian ASEAN untuk menghindari berbagai jenis hubungan multilateral. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan analisis historis dari berbagai literatur. Setelah berhasil menyelesaikan konflik tersebut, pada tahun 1994 ASEAN membentuk ARF sebagai kerangka kerja untuk membahas keamanan di Asia, guna mencegah konflik seperti itu terjadi lagi. Anggota ARF bukan hanya negara ASEAN tapi juga negara adikuasa. Hal ini bertolak belakang dengan dasar pendirian ASEAN itu sendiri. Pada intinya hal ini menunjukkan bahwa realisme seakan takluk dengan liberalisme.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana ASEAN memecahkan masalah dalam menstabilkan wilayah mereka. Seperti kita ketahui terbentuknya ASEAN sebagai organisasi regional Asia Tenggara adalah untuk membebaskan negara-negara di Asia Tenggara dari pengaruh The Great Powers. Hal ini sejalan dengan realisme yang begitu dalam terikat di dalam fondasi ASEAN. Jelang 15 tahun terbentuknya ASEAN, terjadi sebuah konflik besar antara Vietnam dan Kamboja, tepatnya tahun 1970-an. Tampaknya konflik ini merupakan salah satu katalisator yang menggoyahkanpendirian ASEAN untuk menghindari berbagai jenis hubungan multilateral. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan analisis historis dari berbagai literatur. Setelah berhasil menyelesaikan konflik tersebut, pada tahun 1994 ASEAN membentuk ARF sebagai kerangka kerja untuk membahas keamanan di Asia, guna mencegah konflik seperti itu terjadi lagi. Anggota ARF bukan hanya negara ASEAN tapi juga negara adikuasa. Hal ini bertolak belakang dengan dasar pendirian ASEAN itu sendiri. Pada intinya hal ini menunjukkan bahwa realisme seakan takluk dengan liberalisme.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.