Main Article Content
Abstract
Populism is a political rhetoric that is exploited by a few people in a way that attracts sympathy from the people for a specific purpose. The concept of populism developed by theorist Ernesto Laclau can be used in analyzing populism in the 2017 elections in France. The National Front Party (FN) is the only far-right party in France founded by the famous French Populist Jeane Le Pen. The National Front is a party that has an ultrationalist and racist nature, characteristics that are far from contradicting democratic values which characterize the republican government. The figure who has made FN survive until now and even passed the 2017 French elections is none other than Jeane Le Pen's own son, Marie Le Pen. Although Marine Le Pen is seen as a candidate who has no solution to the problems that exist in France, he uses anti-minority, anti-immigrant and anti-EU sentiments in his discussions. Le Pen takes the issue of SARA and points to immigrants, especially Muslims, as the cause of the economic slowdown and relatively high unemployment. Marine Le Pen brings the National Front a much "more moderate" look. Le Pen believes that after the Brexit decision in Britain and Donald Trump's victory in the United States, the wave of populism may be strong enough to propel him to the helm in France.
Populisme merupakan suatu retorika politik yang dimanfaatkan oleh segelintir orang dengan cara menarik simpati dari rakyat dengan tujuan tertentu. Konsep populisme yang dikembangkan oleh teoritis Post-Marxist Ernesto Laclau dapat digunakan dalam menganalisis populisme dalam pemilu 2017 di Prancis. Partai Front Nasional (FN) merupakan satu-satunya partai ekstrem kanan di Prancis yang didirikan oleh tokoh Populis terkenal Prancis Jeane Le Pen. Front Nasional adalah sebuah partai yang memiliki sifat ultrasionalis dan rasis, sifat-sifat yang jauh bertolak belakang dengan nilai-nilai demokratis yang menjadi salah-satu ciri pemerintahan republic. Tokoh yang membawa FN bertahan hingga saat ini dan bahkan lolos dalam pemilu Prancis 2017 tidak lain adalah anak dari Jeane Le Pen sendiri, Marie Le Pen. Meskipun Marine Le Pen dipandang sebagai kandidat yang tidak punya jalan keluar atas masalah yang ada di Perancis tetapi ia pandai menggunakan sentimen anti-minoritas, anti terhadap imigran dan anti terhadap EU dalam setiap diskusinya. Le Pen menggunakan isu SARA dan menunjuk para imigran, khususnya umat Muslim, sebagai penyebab dari melambatnya ekonomi dan meningkatnya penggangguran yang relatif tinggi. Marine Le Pen membawa Front National jauh “lebih moderat”. Le Pen percaya setelah keputusan Brexit di Inggris dan kemenangan Donald Trump di Amerika Serikat, gelombang populisme mungkin akan cukup kuat untuk menorong dirinya sampai pada pucuk pimpinan di Prancis.
Populisme merupakan suatu retorika politik yang dimanfaatkan oleh segelintir orang dengan cara menarik simpati dari rakyat dengan tujuan tertentu. Konsep populisme yang dikembangkan oleh teoritis Post-Marxist Ernesto Laclau dapat digunakan dalam menganalisis populisme dalam pemilu 2017 di Prancis. Partai Front Nasional (FN) merupakan satu-satunya partai ekstrem kanan di Prancis yang didirikan oleh tokoh Populis terkenal Prancis Jeane Le Pen. Front Nasional adalah sebuah partai yang memiliki sifat ultrasionalis dan rasis, sifat-sifat yang jauh bertolak belakang dengan nilai-nilai demokratis yang menjadi salah-satu ciri pemerintahan republic. Tokoh yang membawa FN bertahan hingga saat ini dan bahkan lolos dalam pemilu Prancis 2017 tidak lain adalah anak dari Jeane Le Pen sendiri, Marie Le Pen. Meskipun Marine Le Pen dipandang sebagai kandidat yang tidak punya jalan keluar atas masalah yang ada di Perancis tetapi ia pandai menggunakan sentimen anti-minoritas, anti terhadap imigran dan anti terhadap EU dalam setiap diskusinya. Le Pen menggunakan isu SARA dan menunjuk para imigran, khususnya umat Muslim, sebagai penyebab dari melambatnya ekonomi dan meningkatnya penggangguran yang relatif tinggi. Marine Le Pen membawa Front National jauh “lebih moderat”. Le Pen percaya setelah keputusan Brexit di Inggris dan kemenangan Donald Trump di Amerika Serikat, gelombang populisme mungkin akan cukup kuat untuk menorong dirinya sampai pada pucuk pimpinan di Prancis.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.