https://journal-old.unhas.ac.id/index.php/mff/issue/feedMajalah Farmasi dan Farmakologi2023-12-31T15:23:50+00:00Andi Dian Permanaandi.dian.permana@farmasi.unhas.ac.idOpen Journal Systems<div id="focusAndScope"><img style="width: 150px; padding-right: 10px;" src="https://journal.unhas.ac.id/public/journals/68/cover_issue_876_en_US.png" align="left" /> <p><strong>Majalah Farmasi dan Farmakologi</strong> focuses on the results of research or literature review in the multi fields of pharmacy, especially the pharmacology of <strong>Indonesian natural products</strong>. The topics may include but are not limited to various fields such a pharmaceutics, pharmaceutical chemistry, pharmaceutical technology, pharmacology, pharmacognosy and phytochemistry, pharmaceutical microbiology and biotechnology, social-economy pharmacy, clinical pharmacy.</p> <p>At present, <strong>Majalah Farmasi dan Farmakologi </strong>is accredited <strong>SINTA 3</strong> by the Directorate General of Higher Education (DGHE) DIKTI No. 36/E/KPT/2019.</p> <p>Starting from <strong>Volume 25</strong>, <strong>Majalah Farmasi dan Farmakologi</strong> will accept manuscripts written as Original article (Research article), Systematic Review article, and Review article. </p> </div>https://journal-old.unhas.ac.id/index.php/mff/article/view/24411VALIDASI METODE ANALISIS SENYAWA PIPERIN DALAM JAMU MENGGUNAKAN METODE KLT–DENSITOMETRI2023-08-30T05:55:56+00:00Muhammad Aswadaswadfar@unhas.ac.idAriny Aggreni Mulyaniaryniarfan@gmail.comBudiman Yasirbudimanyasir12@gmail.comSubehan Ambo Lallosubehan@unhas.ac.id<div><span lang="EN-US">Piperin adalah senyawa marker bagi tanaman dengan famili Piperaceae. Senyawa ini mempunyai rasa yang khas dan dijadikan rempah- rempah, sumber makanan, dan diaplikasikan sebagai pengobatan tradisional jamu dan senyawa ini berguna pada berbagai penyakit sebagai antiproliferative, antitumor, antiangiogenesis, antioksidan, antidiabetes, antiobesitas, kardioprotektif, antimikroba, antipenuaan, hepatoprotektif, anti-alergi, anti-inflamasi, neuroprotektif, dan efek imunomodulator. Pengujian kadar piperin sebagai kontrol kualitas diperlukan pada obat tradisional karena piperin merupakan senyawa aktif berkhasiat sekaligus sebagai senyawa mayor dalam beberapa tanaman khususnya genus Piper. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan validasi metode analisis senyawa piperin dan mendeteksi marker senyawa piperin dalam obat tradisional menggunakan KLT-Densitometri. Penelitian ini bersifat eksperimental meliputi validasi metode analisis senyawa piperin dengan konsentrasi 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm, dan 50 ppm dan deteksi piperin dalam jamu CM, Jamu AU, dan jamu PS konsentrasi 100 ppm menggunakan KLT sebagai fase diam, dan heksan: etil asetat (2:1 v/v) sebagai fase gerak dan pada panjang gelombang 340 nm. Hasil penelitian menunjukkan koefisien determinasi pada untuk parameter lineritas yaitu 0,9985, simpangan deviasi (SD) 0,0004 – 0,0088, koefisien variasi 0,04-1,04, % recovery 92.46% - 105.65%, LoD = 2.93 ppm, dan LoQ = 9.79 ppm. Untuk pengujian kadar piperin dalam jamu, marker piperin dalam jamu dapat ditemukan dengan nilai Rf 0,37, dan kandungan kadar piperin terdeteksi dalam Jamu CM 66,49 ppm > Jamu AU 4,64 ppm > jamu PS 1,9 ppm. Penggunaan KLT Densitometri dalam validasi metode analisis dan kontrol kualitas senyawa dalam produk jamu dapat dilakukan dan menghasilkan nilai sesuai dengan syarat validasi dan mendeteksi marker senyawa dalam jamu dapat diaplikasikan dengan KLT-densitometri.</span></div>2023-12-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Majalah Farmasi dan Farmakologihttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/mff/article/view/31781EFIKASI, KEAMANAN, EFISIENSI BIAYA PENGGUNAAN REJIMEN BEDAQUILIN, PRETOMANID, DAN LINEZOLID (BPaL) DALAM PENGOBATAN TUBERKULOSIS RESISTEN OBAT GANDA2023-12-05T05:47:42+00:00Ivan Pradiptaivanpradipta@unpad.ac.idMelisa Intan Barlianamelisa.barliana@unpad.ac.idDedi Suyatnodedidots@gmail.comWidya Naftalia Wijasawidyanaftalia@gmail.com<div><span lang="EN-US">Kejadian tuberkulosis resisten obat ganda (TB-ROG) merupakan salah satu faktor utama kegagalan dalam penanganan tuberkulosis (TB). Pada tahun 2020 terdapat pedoman baru pengobatan TB-ROG yang menggunakan rejimen bedaquilin, pretomanid, dan linezolid (BPaL). Rejimen tersebut memiliki komposisi obat yang lebih sederhana dan lebih singkat. Namun, informasi mengenai efikasi, keamanan dan efisiensi biaya belum banyak tersosialisasikan secara luas. Tujuan dari review naratif ini adalah untuk mendeskripsikan efikasi, keamanan, dan efisiensi biaya pemberian rejimen BPaL pada pengobatan TB-ROG yang dapat bermanfaat untuk strategi pengobatan pada pasien TB-ROG. Studi review naratif ini dilakukan dengan mengacu pada berbagai referensi yang terfokus pada penggunaan rejimen BPaL. Mesin pencarian yang digunakan dalam pencarian literatur antara lain pubmed dan google scholar pada periode 2018-2023. Berdasarkan penelusuran, diperoleh 5 artikel yang disertakan dalam tinjauan naratif ini. Penggunaan rejimen BPaL dengan atau tanpa variasi dosis dan lama pemberian obat linezolid pada pengobatan TB-ROG, memiliki keberhasilan pengobatannya yang tinggi dengan efektifitas sebesar 84 – 93 %. Reaksi obat yang tidak dikehendaki telah dilaporkan setelah penggunaan rejimen BPaL. Beberapa diantaranya terkait dengan penggunaan linezolid, yaitu kajadian neuropati perifer, myelosupresi, neuritis optik, dan lainnya terkait dengan penggunaan bedaquilin dan pretomanid, yaitu kejadian perpanjangan interval QT jantung dan hepatotoksisitas. Studi mengenai efisiensi biaya pengobatan menunjukan penggunaan rejimen BPaL hasilnya jauh lebih murah 57% dibandingkan dengan rejimen konvensional. Studi ini menyimpulkan bahwa rejimen BPaL memberikan keberhasilan pengobatan selama 26 minggu dengan beberapa kejadian ROTD yang perlu diperhatikan. Selain itu, rejimen BPaL dapat menekan pembiayaan pengobatan langsung dibandingkan rejimen konvensional.</span></div>2023-12-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Majalah Farmasi dan Farmakologihttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/mff/article/view/28301AKTIVITAS ANTIDIABETES BEBERAPA FRAKSI DAUN MIMBA (Azadirachta indica) SECARA IN VITRO BERDASARKAN PENGHAMBATAN ENZIM α-AMILASE2023-11-02T00:27:34+00:00Nailus Amany Melindanailus.amany06@gmail.comDjati Wulan Kusumodjatipharmacy@gmail.comDiah Indah Kumala Sarinailus.amany06@gmail.com<div><span lang="EN-US">Diabetes mellitus merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa darah karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin dengan baik. Salah satu tanaman herbal yang dapat menurunan kadar glukosa dalam darah adalah tanaman mimba (Azadirachta indica). Daun mimba telah diketahui memiliki senyawa flavonoid yang sangat berpotensi dalam menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antidiabetes dari fraksi daun mimba (Azadirachta indica) dengan variasi pelarut berbeda dalam menghambat enzim α-amilase. Daun mimba diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan metanol kemudian dipartisi cair-cair dengan pelarut n-heksan etil asetat dan metanol. Fraksi n-heksan, etil asetat dan metanol daun mimba yang diperoleh dilakukan skrining fitokimia dan uji in vitro terhadap enzim α-amilase menggunakan substrat pati beras dan reagen dinitrosalisilat (DNS). Penghambatan enzim α-amilase dilakukan dengan variasi konsentrasi sampel yaitu 200; 400; 600; 800 dan 1000 ppm. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan menghitung nilai % inhibisi dan IC50. Hasil penelitian menunjukkan adanya kandungan senyawa alkaloid dan terpenoid pada fraksi n-heksan; flavonoid dan tanin pada fraksi etil asetat; serta flavonoid, tanin, saponin dan alkaloid pada fraksi metanol. Nilai IC50 fraksi etil asetat didapatkan sebesar 54,85 μg/ml dengan kategori kuat dan metanol sebesar 132,26 μg/ml dengan kategori sedang, sedangkan fraksi n-heksan didapatkan nilai penghambatan sebesar 33,82% pada konsentrasi 600 ppm. Fraksi n-heksan tidak dapat diukur nilai IC50nya karena adanya perbedaan polaritas antara fraksi n-heksan dengan enzim α-amilase sehingga tidak dapat bercampur dengan baik. Fraksi etil asetat menunjukkan penghambatan paling tinggi dibandingkan dengan fraksi lainnya.</span></div>2023-12-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Majalah Farmasi dan Farmakologihttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/mff/article/view/28281STUDI IN VIVO EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN PENYEMBUHAN LUKA PADA HEWAN MODEL DIABETES2023-12-05T05:48:35+00:00Widyaningrum utamiwidyaningrumutami@lecturer.undip.ac.idEndang sri sunarsihendss2007@yahoo.co.idElisa Br. Saragihelisasumbayak@gmail.comMerilla Andinimerillaandini72@gmail.com<div><span lang="EN-US">Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah yang tinggi menyebabkan penyembuhan luka yang lebih lama. Daun belimbing wuluh diketahui memiliki senyawa yang berperan sebagai antidiabetes dan penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antidiabetes ekstrak etanol daun belimbing wuluh pada tikus wistar jantan yang diinduksi aloksan serta aktivitasnya terhadap penyembuhan luka sayat pada kelinci model diabetes yang diinduksi dengan aloksan. Uji aktivitas antidiabetes dilakukan dengan 6 kelompok tikus diinduksi dengan aloksan 150 mg/kgBB. Uji aktivitas luka sayat dilakukan pada ima ekor kelinci yang diinduksi dengan aloksan 175 mg/kgBB dan diberi luka sayat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun belimbing wuluh memiliki aktivitas hipoglikemik pada tikus wistar jantan yang diinduksi dengan aloksan dengan dosis efektif 300 mg/kgBB dibandingkan dengan kelompok kontrol positif akarbose (p=0,12). Ekstrak etanol daun belimbing wuluh memiliki aktivitas dalam menyembuhkan luka sayat pada kelinci diabetes yang diinduksi aloksan dengan konsentrasi efektif 15% dibandingkan dengan kelompok kontrol positif tetrakloro dekaoksigen (p=0,57).</span></div>2023-12-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Majalah Farmasi dan Farmakologihttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/mff/article/view/27962PENGARUH METODE EKSTRAKSI TERHADAP KADAR POLIFENOL TOTAL BIJI KAKAO (Theobroma cacao L.) KLON MCC02 ASAL SULAWESI SELATAN2023-08-06T01:10:57+00:00Dedy Ma'rufhimadipo@gmail.comSartini Sartinisardj@farmasi.unhas.ac.idsubehansubehan@hotmail.comGemini alamdaengta007@yahoo.comHerlina Ranteh_rante@yahoo.co.idFirzan Nainufirzannainu@unhas.ac.id<div><span lang="EN-US">Indonesia merupakan salah satu produsen kakao (Theobroma cacao L.) di dunia dengan berbagai genotype / klon. Salah satu klon terbesar di Sulawesi selatan adalah MCC02 (Masamba Cacao Clone 02). Klon tersebut telah ditanam di beberapa kabupaten di Sulawesi selatan. Polifenol kakao diketahui memiliki aktivitas antioksidan dan antimikroba. Biji kakao mengandung komponen polifenol yang tinggi, salah satu faktor yang mempengaruhi kadar polifenol dalam ekstrak adalah metode ekstraksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari metode ekstraksi terhadap kadar polifenol dari ekstrak biji kakao. Buah kakao klon MCC02 diperoleh dari tiga kabupaten yaitu Pinrang, Masamba, dan Bantaeng. Biji kakao kering non fermentasi terlebih dahulu dikeluarkan dari kulit bijinya, kemudian lemaknya dihilangkan dengan menggunakan alat press lemak. Biji kakao tersebut masing-masing diekstraksi menggunakan metode maserasi (M), Microwave Assisted Extraction (MAE), dan Ultrasonic-Assisted Extraction (UAE). Hasil ekstraksi dengan menggunakan metode M, MAE dan UAE diperoleh rendemen, masing-masing: 15,29 ± 0,66 %, 13,13 ± 0,28 % dan 12,77 ± 1,12 % dan kandungan rata-rata polifenol total, yaitu: (28,89 ± 4,53) %, (31,90 ± 3,34) %, (36,07 ± 4,41) % dihitung ekivalen asam galllat. Dari ketiga metode ini kadar polifenol total tertinggi ada pada metode ekstraksi menggunakan Ultrasonic-Assisted Extraction (UAE).</span></div>2023-12-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Majalah Farmasi dan Farmakologihttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/mff/article/view/27926PELAYANAN KEFARMASIAN BERBASIS TEKNOLOGI DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI2023-08-29T14:26:08+00:00Abdul Kholik Tasibabdul21006@mail.unpad.ac.idEli Halimaheli.halimah@unpad.ac.idIrma Melyani Puspitasariirma.melyani@unpad.ac.id<div><span lang="EN-US">Kepatuhan yang buruk terhadap pengobatan antihipertensi merupakan faktor risiko utama dari tekanan darah yang tidak terkontrol. Pemanfaatan teknologi dapat memungkinkan farmasis untuk melakukan pelayanan kefarmasian secara lebih efektif dan efisien dalam meningkatkan kepatuhan pasien hipertensi. Hasil penelusuran dari database pubmed dengan kata kunci (Pharmacist) AND (Adherence OR compliance) AND (Hypertension OR "blood pressure") AND (Technology) didapatkan 8 artikel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi untuk direview. Dalam studi ini, penggunaan teknologi untuk meningkatkan kepatuhan dengan menggunakan Botol Pil Berbicara, Pengingat Layanan Pesan Singkat (SMS), Video Online Berkode QR, Sistem Respons Suara Interaktif, Teknologi Informasi Multidisiplin, Klinik Perawatan Kolaboratif Virtual, Telehealth dalam Layanan Manajemen Perawatan Kronis, dan Teknologi yang Mendukung Rencana Kesehatan dan Apotek Komunitas. Teknologi dapat diterapkan dalam pelayanan kefarmasian secara efektif dapat meningkatkan kepatuhan pasien hipertensi. Penerapan teknologi dalam pelayanan kefarmasian yang paling efektif dan efisien untuk meningkatkan kepatuhan karena kelupaan dapat menggunakan Pengingat SMS, sedangkan untuk pasien dengan literasi kesehatan rendah dapat menggunakan Botol Pil Berbicara atau Video Online berkode QR. Penerapan teknologi memungkinkan farmasis untuk memantau kepatuhan pengobatan dan tekanan darah di rumah dengan menggunakan Teknologi Sistem Respon Suara Aktif dan memungkinkan berkolaborasi dengan tenaga profesional kesehatan lainnya untuk meningkatkan kepatuhan pasien dengan menggunakan Teknologi Informasi Multidisiplin, Klinik Perawatan Kolaboratif Virtual atau pun Telehealth. Penerapan teknologi juga memungkinkan untuk diterapkan secara luas yang melibatkan apotek komunitas dan rencana kesehatan daerah dalam upaya meningkatkan kepatuhan pasien hipertensi dengan cara berbagi data menggunakan Teknologi yang Mendukung Rencana Kesehatan dan Apotek Komunitas.</span></div>2023-12-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Majalah Farmasi dan Farmakologihttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/mff/article/view/27548UJI AKTIVITAS SEDIAAN HAIR TONIC EKSTRAK ETANOL 70% DAUN PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP PERTUMBUHAN RAMBUT PADA KELINCI (Oryctolagus cuniculus)2023-09-27T03:19:17+00:00Fitri Wulandarifitriwulandari@lecturer.undip.ac.idSamantha Koralinasamkoralina@gmail.comEndang Sri Sunarsih Sunarsihendangs.sunarsih@gmail.com<div><span lang="EN-US">Daun pare digunakan untuk merangsang pertumbuhan rambut karena memiliki metabolit sekunder yang dapat mempercepat pertumbuhan rambut dan mencegah kerontokan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi hair tonic ekstrak etanol daun pare pada konsentrasi 5%, 10%, dan 15% terhadap pertumbuhan rambut kelinci jantan New Zealand serta untuk mengetahui apakah sediaan memiliki stabilitas yang baik. Ekstrak daun pare digunakan sebagai zat aktif sediaan hair tonic yang diuji organoleptis, pH, dan viskositas sebelum dan sesudah uji cycling test selama 6 siklus, serta dilakukan uji iritasi. Sebanyak 6 ekor kelinci jantan New Zealand dicukur, kemudian dioleskan sediaan sebanyak 0,2 mL selama 21 hari dengan pembagian perlakuan berupa K- (sediaan tanpa zat aktif), F1 (sediaan dengan ekstrak daun pare 5%), F2 (sediaan dengan ekstrak daun pare 10%), F3 (sediaan dengan ekstrak daun pare 15%), dan K+ (minoksidil). Panjang rambut diukur menggunakan jangka sorong dan bobot rambut ditimbang menggunakan timbangan analitik. Sediaan hair tonic dinilai memiliki stabilitas yang baik dilihat dari uji organoleptis sediaan yang berbentuk cair, berwarna hijau kehitaman, homogen, pH masuk dalam rentang toleransi kulit (4-7,5), dan viskositas di bawah 5 cP. Sediaan formula F3 memberikan aktivitas paling besar dengan rata-rata panjang rambut 2,48 cm dan rata-rata bobot rambut 0,38 gram dibandingankan dengan F1 (2,38 cm dan 0,15 gram), F2 (2,43 cm dan 0,31 gram), K- (1,79 cm dan 0,10 gram), dan K+ (2,35 cm dan 0,17 gram). Variasi konsentrasi ekstrak etanol daun pare pada hair tonic berpengaruh terhadap pertumbuhan rambut kelinci New Zealand jantan (p<0.05).</span></div>2023-12-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Majalah Farmasi dan Farmakologihttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/mff/article/view/27092EFEK KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix D.C.) DAN DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus ATCC 25923 DENGAN METODE PITA KERTAS2023-09-06T12:56:14+00:00Sukma Uswatun Niswah02216736a@mhs.setiabudi.ac.idAna Indrayatianaindrayati@setiabudi.ac.idGhani Nurfiana Fadma Sarighani.nurfiana@rocketmail.com<div><span lang="EN-US">Penyakit infeksi bakteri Staphylococcus aureus dapat diobati dengan menggunakan antibiotik. Resistensi bakteri sering terjadi pada bakteri Staphylococcus aureus. Kekebalan bakteri terhadap antibiotik menyebabkan angka kematian semakin meningkat. Daun jeruk purut dan daun kemangi mengandung senyawa aktif flavonoid, alkaloid, saponin, dan tanin sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas kombinasi ekstrak etanol daun jeruk purut dan daun kemangi terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923. Daun jeruk purut dan daun kemangi diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96% kemudian dilakukan identifikasi golongan senyawa. Ekstrak daun jeruk purut dan daun kemangi dilakukan uji antibakteri dengan metode dilusi. Hasil konsentrasi bunuh minimal dikombinasi dengan perbandingan konsentrasi (1:1), (1:2), dan (2:1). Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi cakram dan penentuan efek kombinasi menggunakan metode pita kertas. Data dianalisa secara statistik dengan uji Shapiro-wilk, homogenitas Levene, dilanjutkan uji One-Way ANOVA dan uji Least Significant Difference. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak etanol daun jeruk purut dan daun kemangi memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923. Kombinasi ekstrak paling efektif ditunjukkan pada perbandingan konsentrasi 1:2 dengan rata-rata diameter zona hambat 27,21±0,47 mm dan memberikan efek kombinasi sinergis terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923.</span></div>2023-12-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Majalah Farmasi dan Farmakologihttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/mff/article/view/26873PENGOLAHAN SELULOSA MIKROKRISTAL GRADE FARMASI DARI BEBERAPA BAGIAN TANAMAN TERATAI PUTIH (Nymphaea nouchali Burm. F.): PREPARASI & UJI KUALITATIF SERBUK2023-08-06T00:58:09+00:00Yulianita Pratiwi Indah Lestariyulianita.pratiwi@umbjm.ac.idRaudatul Patimahraudatul.patimah@gmail.comYuspayulianita.pratiwi@umbjm.ac.idMuhammadyulianita.pratiwi@umbjm.ac.idRahmalisa Hafifahyulianita.pratiwi@umbjm.ac.idSoraya Aldeinayulianita.pratiwi@umbjm.ac.idSiti Mursyidahyulianita.pratiwi@umbjm.ac.idPutri Ameliayulianita.pratiwi@umbjm.ac.idHikmah Fitrianiyulianita.pratiwi@umbjm.ac.idMaulinda Nur Pramudyas Primia Setyaningrumyulianita.pratiwi@umbjm.ac.id<div><span lang="EN-US">Obat memiliki kebermanfaatan yang penting dalam pelayanan kesehatan yang dapat digunakan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Namun, industri farmasi di Indonesia masih sangat tergantung dengan bahan baku impor. Proses ekstraksi biasanya menghasilkan residu (ampas ekstraksi) berupa serbuk simplisia yang tidak digunakan lagi (limbah padat organik). Pemanfaatan residu hasil ekstraksi pada tanaman teratai putih masih sangat minim, sehingga residu dari hasil ekstraksi tanaman ini dapat diolah menjadi bahan baku pembuatan selulosa mikrokristal. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan selulosa mikrokristal dari beberapa bagian pada tanaman teratai putih, kemudian dilakukan pengujian kualitas serbuk dengan Avicel PH 101 sebagai bahan baku pembanding. Berdasarkan hasil penelitian, bagian dari tanaman teratai putih yang memiliki kandungan α-selulosa dengan rendemen tertinggi adalah pada bagian tangkai bunga dengan rendemen sebesar 29,02% terhadap serbuk simplisia, diikuti dengan bagian tangkai daun sebesar 22,41%, bagian bunga sebesar 18,72%, dan paling rendah bagian daun yaitu sebesar 7,70%. Selulosa mikrokristal dengan rendemen tertinggi diperoleh oleh bagian daun dengan persentase rendemen sebesar 97%, diikuti dengan bagian tangkai daun sebesar 89%, bagian bunga sebesar 88%, dan rendemen terendah oleh bagian tangkai bunga dengan persentase sebesar 83%. Sifat fisik dari serbuk selulosa mikrokristal teratai putih baik pada daun, tangkai daun, bunga, maupun tangkai bunga, menunjukkan kemiripan karakteristik dengan Avicel® PH 101 sebagai baku pembanding, meliputi reaksi warna, organoleptis, kelarutan, dan pH. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kualitas serbuk selulosa mikrokristal dari beberapa bagian tanaman teratai putih (bunga, tangkai bunga, daun, dan tangkai daun) memiliki kemiripan dengan baku pembandingnya, yaitu Avicel® PH 101.</span></div>2023-12-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Majalah Farmasi dan Farmakologihttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/mff/article/view/26462PENETAPAN TOKSISITAS AKUT DAN SUBKRONIK PADA EKSTRAK ETANOL DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L). Merr)2023-09-28T16:14:00+00:00Hendra Mahakam Putrahendra.mahakam@bku.ac.idAgus Sulaemanagus.sulaeman@bku.ac.idAulia Nurfazri Istiqomahaulia.nurfazri@bku.ac.idIlham NurfadillahIlhamnurfadillah79@gmail.com<div><span lang="EN-US">Daun katuk (<em>Sauropus androgynus</em>) dapat digunakan sebagai obat herbal karena kaya akan kandungan metabolit sekunder dan nutrisi. Untuk menjamin keamanan dalam penggunaannya sebagai obat herbal, dilakukan uji toksisitas akut dan toksisitas subkronik dengan menggunakan ekstrak etanol daun katuk pada tikus wistar betina dengan mengacu pada dosis uji dari OECD dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yaitu dosis tunggal 300 mg/kg bb, 2.000 mg/kg bb, 5.000 mg/kg bb untuk uji toksisitas akut dan dosis harian 50 mg/kg bb, 100 mg/kg bb, 200 mg/kg bb untuk uji toksisitas subkronik. Tikus diamati setiap hari untuk gejala toksik masing-masing selama 14 dan 28 hari, dan pada hari ke 0 dan 28, untuk uji toksisitas subkronik dilakukan pengukuran biokimia darah yaitu SGOT, SGPT, dan Kreatinin. Di akhir percobaan, indeks berat organ juga ditentukan untuk semua tikus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun katuk tidak menimbulkan gejala toksik dan tidak menyebabkan kematian pada hewan uji. Pemberian ekstrak daun katuk juga tidak mempengaruhi bobot badan secara signifikan jika dibandingkan dengan kelompok yang diberi N-CMC 1%. Hasil uji biokimia SGOT, SGPT, dan kreatinin juga dalam batas normal dan tidak ada perbedaan bermakna (p>0,05) antara kelompok normal dan kelompok uji. Oleh karena itu, penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun katuk praktis tidak toksik dengan nilai LD50 >5.000 mg/kg bb dan aman digunakan untuk konsumsi sehari-hari.</span></div>2023-12-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Majalah Farmasi dan Farmakologihttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/mff/article/view/24910EFEKTIVITAS DAN EFEK SAMPING DARI IMPLAN LEVONORGESTREL DAN IMPLAN ETONOGESTREL: REVIEW ARTICLE2023-10-12T09:04:38+00:00Lutfi Chabiblutfi.chabib@uii.ac.idM. Pandoman febrianmuhammad.febrian@students.uii.ac.idHannie Fitrianihannie.fitriani@students.uii.ac.idUzulul Hikmahuzulul.hikmah@students.uii.ac.id<div><span lang="EN-US">Implan levonorgestrel (LVN) dan etonogestrel (ENG) merupakan contoh long-acting reversible contraception (LARC) yang memiliki efektifitas yang tinggi dalam pencegahan kehamilan pada jangka waktu yang panjang. Penulisan review ini bertujuan untuk membandingkan efektifitas dan efek samping terkait LVN 2 batang dan ENG 1 batang sebagai alat kontrasepsi implan subdermal. Studi mengenai perbandingan efikasi implan LVN dengan implan ENG menunjukkan bahwa keduanya memiliki efikasi sebagai kontrasepsi yang baik diamati dari tingkat kejadian kehamilan yang sangat rendah. Perbedaan antara keduanya dapat dilihat dari berapa lama durasi yang disetujui untuk perlindungan dalam pencegahan kehamilan yaitu 3 tahun untuk implan ENG dan 5 tahun untuk implan LVN. Selain itu, Efektivitas kedua implan tersebut dalam mencegah kehamilan menunjukkan efek yang sebanding dari berbagai pengujian. Terkait studi mengenai efek samping menunjukkan bahwa efek samping pendarahan pada penggunaan ENG lebih besar dibandingkan pada implan LVN, sehingga LVN lebih dipilih dibandingkan dengan ENG.</span></div>2023-12-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Majalah Farmasi dan Farmakologihttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/mff/article/view/24892FOTOPROTEKSI DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOENKAPSULASI EKSTRAK ETANOL BUAH KERSEN (Muntingia calabura L.)2023-10-26T06:53:01+00:00Sony Febri Kusumawardanysonyfebri21@gmail.comNastiti Utaminastiti.utami@stikesnas.ac.idDwi Saryantidwisaryanti@stikesnas.ac.id<p style="font-weight: 400;">Senyawa aktif dalam buah kersen memiliki potensi sebagai antioksidan dan dapat berfungsi sebagai fotoprotektif diantaranya flavonoid dan senyawa fenolik lainnya. Kelemahan senyawa dari bahan alam bersifat termolabil, sehingga memerlukan modifikasi enkapsulasi untuk memperoleh potensi yang maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan efek fotoproteksi nanoenkapsulasi ekstrak etanol buah kersen (<em>Muntingia calabura</em> L.) dengan variasi konsentrasi kitosan.</p> <p style="font-weight: 400;">Ekstraksi simplisia menggunakan metode maserasi dengan etanol 96% dan formulasi nanoenkapsulasi menggunakan metode gelasi ionik dengan kitosan 0,1%; 0,15%; dan 0,2%. Pengujian yang dilakukan yaitu skrining fitokimia, uji ukuran partikel dengan <em>Particle Size Analysis</em> (PSA), analisis gugus dengan FTIR, aktivitas antioksidan dengan metode DPPH, dan penentuan nilai <em>Sun Protection Factor</em> (SPF).</p> <p><span style="font-weight: 400;">Hasil yang didapatkan pada uji ukuran partikel dari ketiga formula masuk dalam rentang ukuran nanoenkapsulasi 1-1000 nm dan ukuran yang paling baik pada Formula II yaitu 152,8±9,5 nm. Hasil analisis gugus fungsi nanoenkapsulasi ekstrak etanol buah kersen menunjukkan serapan milik kitosan dan ekstrak dengan memuculkan dua serapan dominan pada bilangan gelombang 1629,79 cm<sup>-1</sup> yang menunjukkan adanya gugus bending N-H dan 3261,42 cm<sup>-1</sup> yang menunjukkan adanya serapan gugus hidroksil yang tumpang tindih dengan vibrasi streching N-H. Aktivitas antioksidan yang dilihat dari IC50 dari ketiga formula nanoenkapsulasi ekstrak etanol buah kersen termasuk kategori sangat kuat yaitu Formula I (9,57±0,02 mg/L), Formula II (9,45±0,01 mg/L), dan Formula III (9,05±0,04 mg/L). Nilai SPF yang diperoleh oleh Formula I, II, III secara berturut-turut yaitu 12,1828±0,0045; 14,3430±0,0008; dan 14,7285±0,0091.</span></p>2023-12-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Majalah Farmasi dan Farmakologihttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/mff/article/view/28335ISOLASI DAN IDENTIFIKASI ETHYL P-METHOXYCINNAMATE (EPMC) DARI RIMPANG KENCUR (Kaempheria galanga) SEBAGAI KANDIDAT SENYAWA ANTIKANKER2023-08-24T00:40:32+00:00Nurhasni Hasanhasni1986.nh@gmail.comSitti Nur Fatimahmohamadsnfs22n@student.unhas.ac.idAnugerahAnugrah22n@student.unhas.ac.IdMuhammad RaihanNurhasni.hasan@unhas.ac.idSubehanNurhasni.hasan@unhas.ac.idApon Zaenal MustopaNurhasni.hasan@unhas.ac.idHerman IrawanNurhasni.hasan@unhas.ac.idJabal Rahmat HaedarNurhasni.hasan@unhas.ac.idHabibieNurhasni.hasan@unhas.ac.id<div><span lang="EN-US">Indonesia kaya akan keanekargaman tanaman obat. Salah satunya adalah rimpang kencur atau Kaempferia galanga L. Tanaman ini memiliki potensi besar sebagai sumber penting senyawa bioaktif yang dapat mendukung pengembangan obat-obatan alami serta mendorong penelitian lebih lanjut dalam bidang farmakologi dan pengobatan. Kaempferia galanga sendiri telah diteliti mengandung beragam senyawa yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas farmakologi salah satunya adalah antikanker. Salah satu komponen senyawa yang dimiliki oleh Kaempferia galanga yang dapat digunakan sebagai antikanker adalah etil p-methoxycinnamate (EPMC). Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa EPMC untuk memperoleh hasil isolasi yang maksimal dengan kadar EPMC yang tinggi. Metode isolasi EPMC dari tanaman kencur menggunakan soxhlet sebagai alat ekstraksi. Identifikasi dan penentuan kadar senyawa diperoleh menggunakan evaluasi KLT, GC-MS, NMR, HPLC dan Spektrofotometri UV-Vis. Hasil identifikasi menunjukkan isolat dari <em>Kaempheria galanga</em> merupakan senyawa ethyl p-methoxycinnamate dengan berat molekul 206 dan persentase kadar EPMC menunjukkan kadar yang tinggi baik menggunakan HPLC maupun spektrofotometer UV-Vis, dimana kadar EPMC dalam isolat didapatkan sebesar 90,40 ± 3,62 %, dan 91,29 ± 3,66 %. Sedangkan untuk kadar pada ekstrak metanol <em>Kaempheria galanga</em> adalah 49,57 ± 0,63 % dan 40,61± 0,25% berdasarkan hasil HPLC dan spektrofotometer UV-Vis. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa metode isolasi EPMC dari tanaman kencur (Kaempferia galanga) menggunakan soxhlet sebagai alat ekstraksi memberikan rendemen ekstrak dan rendemen isolat yang tinggi.</span></div>2023-12-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Majalah Farmasi dan Farmakologi