SERAPAN KARBON LAMUN Thalassia hemprichii PADA BEBERAPA KEDALAMAN
DOI:
https://doi.org/10.20956/jiks.v5i1.7031Keywords:
bikarbonat, Gusung Bonebatang Makassar, karbondiokasida, pemanasan global, serapan karbon lamun, Thalassia hemprichiiAbstract
Ekosistem padang lamun merupakan ekosistem yang umum ditemukan di Kepulauan Spermonde, salah satunya adalah Gusung Bonebatang. Lamun mempunyai kemampuan menyerap karbon untuk proses fotosintesis sehingga berpotensi dalam mitigasi perubahan iklim. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2017 untuk membandingkan penyerapan karbon oleh jenis Thalassia hemprichii pada beberapa kedalaman perairan. Sampel lamun diambil pada daerah subtidal, kemudian daun lamun dibersihkan dari sedimen dan epifit. Metode perubahan oksigen digunakan untuk mengestimasi serapan karbon. Sebanyak 1 tunas T. hemprichii diinkubasi menggunakan botol kaca bening 70 ml. Inkubasi dilakukan pada jam 09.00-12.00 WITA pada kedalaman 50, 100, 150, 200 dan 250 cm dengan masing-masing 5 kali ulangan setiap kedalaman. Sebelum inkubasi, dilakukan pengukuran konsentrasi oksigen terlarut di perairan sebagai kandungan oksigen awal. Pengukuran oksigen di dalam botol bening kembali dilakukan setelah inkubasi. Selain oksigen terlarut, dilakukan juga pengukuran konsentrasi bikarbonat pada awal dan akhir inkubasi. Sebagai kontrol, inkubasi juga dilakukan pada air laut (mengandung fitoplankton) dengan 5 kali ulangan. Daun lamun yang telah digunakan untuk pengamatan serapan karbon diukur luasnya dengan cara men-scan daun lamun dan dianalisis menggunakan software Imaje-J. Selanjutnya dilakukan pengeringan menggunakan oven dan ditimbang untuk mengetahui biomassa keringnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serapan karbon per tunas berkisar antara 0,928-1,476 mgCO2/tunas/jam, per biomassa berkisar 10,647-25,745 mgCO2/gbk/jam, dan per luas daun berkisar 0,010-0,024 mgCO2/cm2/jam. Serapan karbon tertinggi didapatkan pada kedalaman 200 cm, baik serapan karbon per tunas, biomass maupun luas daun.Downloads
References
American Public Health Association (APHA). 1995. Standard methods for the examination of water and wastewater. Washington DC.
Beer, S., Mtolera M., Lyimo T. & Bjork M.. 2006. The photosynthetic performance of the tropical seagrass Halophila ovalis in the upper intertidal. Aquatic Botany 84: 367–371.
Cummings, M.E & Zimmerman R.C.. 2002. Light harvesting and the package effect in the seagrass Thalassia testudinum banks ex koning and zosetera marina L.: optical constraints on photoaclimation. Aquatic Botani 75: 261-274.
Duarte, C.M. 2013. The role of seagrass in climate change mitigation and adaptation. The University of Western Australia and Spanish National Research Council, Bonn.
Gartside, P.S.D & Smith, S.F. 2013. A review of mangrove and seagrass ecosystems and their linkage to fisheries and fisheries management. Food and Agriculture Organization of The United Nations, Regional Office For Asia and The Pacific, Bangkok.
Huang, Y., Lee, C., Chung, C., Hsiao, S. dan Lin, H. Carbon budgets of multispecies seagrass beds at Dongsha Island in the South China Sea. Mar. Env. Res. 106: 92-102.
Kaladharan, P. & Raj, I.D. 1989. Primary production of seagrass Cymodocea serrulata and its contribution to productivity of Amini atoll, Lakshadweep Islands. Indian Journal of Marine Science 18: 215-216.
Kuriandewa, T.E. 2009. Tinjauan tentang lamun di Indonesia. Lokakarya Nasional I Pengelolaan Ekosistem Lamun: Peran Ekosistem Lamun dalam Produktivitas Hayati dan Meregulasi Perubahan Iklim. Jakarta, 18 November 2009.
La Nafie, Y.A., de los Santos, C.B., Brun, F.G., Mashoreng, S., van Katwijk, M.M & Bouma, T.J. 2013. Biomechanical response of two fast-growing tropical seagrass species subjected to in situ shading and sediment fertilization. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. 446: 186-193.
Larkum A.W.D., Roberts G., Kuo J & Strother S.. 1989. Gaseous movement in seagrasses. In AWD Larkum, AJ McComb and SA Shepherd (eds.), Biology of Seagrasses: A treatise on the biology of seagrasses with special reference to the Australasian region. Elsevier Pub. Co, Amsterdam.
Larkum, A.W.D., Drew E.A. & Ralp P.J.. 2006. Photosynthesis and Metabolism in Seagrasses at The Celluler Level. Di dalam: Larkum A.W.D, Orth R.J., Duarte C.M, editor. Seagrasses: Biology, Ecology and Conservation. Springer. Dordrecht.
Lymo, L.D. 2016. Carbon sequestration processes in tropical seagrass beds. Thesis. Stockholm University. Malmo Sweden.
Marba, N., Arias-Ortiz, A., Masque, P., Kendrick, G.A., Mazarrasa, I., Bastyan. G.R., Garcia-Orellana, J. dan Duarte, C.M. 2015. Impact of seagrass loss and subsequent revegetation on carbon sequestration anh stocks. Journal of Ecology 103: 296-302.
Mashoreng, S. 2017. Perubahan penyerapan karbon di Pulau Barranglompo Kurun Waktu Tahun 2001-2016. Makalah Seminar Nasional Tahunan XIV Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, tanggal 22 Juli 2017 di Jogjakarta.
Mateo, M.A., Renom, P., Hemminga, M.A. & Peene, J. 2001. Measurement of seagrass production using the 13C stable isotope comapre with calssical O2 and 14C methods. Mar. Ecol. Prog. Ser. 223: 157-165.
Nontji, A. 2008. Plankton Laut. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Press, Jakarta.
Ondiviela, B., Losada, I.J. Lara, J.L, Maza, M, Galván, C, . Bouma, T.J & Belzen, J.V. 2014. The role of seagrasses in coastal protection in a changing climate. Coastal Engineering 87: 158-168.
Parsons, T.R., Maita, Y. & Lalli, C.M. 1984. A Manual Of Chemical and Biological Methods For Seawater Analysis. Pergamon Press, Oxford.
Ryther, J. H. 1956. The measurement of primary production. Limnology and Oceanography 1: 72–84.
Silva, J., Sharon Y., Santos R. & Beer S.. 2009. Measuring seagrass photosynthesis: methods and applications. Aquatic Botani 7: 127-141.
Strydom, S., McMahon K. & Lavery P.S.. 2017. Response of the seagrass Halophila ovalis to altered light quality in a simulated dredge plume. Marine Pollution Bulletin 121: 323-330.
Downloads
Published
Issue
Section
License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License