https://journal-old.unhas.ac.id/index.php/jdp/issue/feedJurnal Dinamika Pengabdian2024-10-24T17:16:29+00:00Ifayanti Ridwan Saleh, Ph.Djurnaldinamikapengabdian@gmail.comOpen Journal Systems<p><strong>Jurnal Dinamika Pengabdian (JDP)</strong> is a publication media for community service activities in the fields of agro-complex, science, and social society in the form of the application of science and technology and increased community empowerment.</p> <p>Jurnal Dinamika Pengabdian has been published since 2015 with the first issue (JDP Vol. 1 No.1) in October 2015 followed by the publication of the second edition (Vol. 1 No.2) in May 2016. Both of these first editions are printed editions. Until now, this journal is published twice a year in May and October.</p>https://journal-old.unhas.ac.id/index.php/jdp/article/view/32996 PENDIDIKAN POLA HIDUP SEHAT PASCA PANDEMI COVID-19 SEBAGAI UPAYA MENJAGA KESEHATAN SISWA SMP DI MAGETAN2024-05-24T06:13:30+00:00Dewi Isadiartutidewi-i@ff.unair.ac.idRetno Sariretno@gmail.comNuzul Wahyuning DiyahNuz@gmail.comMaria Lucia Ardhani Dwi Lestarimaria@gmail.comMarcellino RudyantoMarcellino@gmail.comIdha KusumawatiIdha@ymail.comDwi SetyawanSetyawan@ymail.comMelissa RohanaMelissa@ymail.comKyrana Sekar DewanthyKyrana@ymail.comAlfi Nur FauziaFauzia@gmail.comDhea Anansya SiammitaSiammita@ymail.com<p>Pembelajaran tatap muka secara offline bagi pelajar sudah dimulai kembali setelah pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Sejak pandemi ditetapkan WHO tanggal 11 Maret 2020, telah menyebabkan 5.956.561 orang terkonfirmasi positif dan sebanyak 153.599 orang meninggal dunia (per 21 Maret 2022) di Indonesia. Kembalinya proses belajar mengajar ke kondisi normal perlu diantisipasi dengan kesadaran dan tanggung jawab siswa terhadap protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran siswa SMPN tentang pola hidup sehat dalam upaya menjaga kesehatan pasca pandemi Covid-19. Dalam program ini siswa didorong untuk menerapkan pola hidup sehat diantaranya dengan senantiasa menjaga kebersihan tangan dan menjaga daya tahan tubuh. Pengabdian masyarakat dilakukan dalam bentuk webinar dengan platform zoom diikuti oleh 59 siswa dari SMPN 1 Magetan dan diberikan dalam bentuk pre-test dan post-test, ceramah, diskusi dan pembuatan e-poster. Hasil kuesioner yang diberikan kepada peserta sebelum kegiatan diketahui 100% siswa telah mendapatkan vaksinasi dosis dua, 100 % siswa setuju proses pembelajaran pasca pandemi dilakukan secara luring, 100% siswa setuju mengikuti protokol kesehatan selama mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah, 73,58% siswa selalu menggunakan masker, 35,85% siswa mencuci tangan sebelum masuk sekolah, 41,51% siswa menjaga jarak dengan temannya, dan 1,89% siswa menderita penyakit infeksi Covid-19 selama proses pembelajaran luring pasca pandemi. Hasil evaluasi kegiatan berupa <em>pre-test </em><br />dan<em> post test</em> serta pembuatan e-poster diketahui terdapat peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan dan semua peserta menyatakan setuju materi pola hidup sehat yang disampaikan dapat diaplikasikan dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>Offline face-to-face learning for students has started again after the Covid-19 pandemic hit Indonesia. Since the pandemic was declared by WHO on March 11 2020, it has resulted in 5,956,561 people being confirmed positive and 153,599 people dying (as of March 21 2022) in Indonesia. The return of the teaching and learning process to normal conditions needs to be anticipated with students' awareness and responsibility for the health protocols recommended by the government. The aim of this activity is to increase understanding and awareness of junior high school students about healthy lifestyles in an effort to maintain health after the Covid-19 pandemic. In this program, students are encouraged to adopt a healthy lifestyle, including always keeping their hands clean and maintaining their immune system. Community service was carried out in the form of a webinar with a zoom platform attended by 59 students from SMPN 1 Magetan and given in the form of pre-test and post-tests, lectures, discussions and making e-posters. The results of the questionnaire given to participants before the activity showed that 100% of students had received the second dose of vaccination, 100% of students agreed that the post-pandemic learning process would be carried out offline, 100% of students agreed to follow health protocols while participating in learning activities at school, 73.58% of students always wearing masks, 35.85% of students washing their hands before entering school, 41.51% of students keeping their distance from their friends, and 1.89% of students suffering from Covid-19 infection during the post-pandemic offline learning process. The results of the evaluation of activities in the form of pre-test and post-tests and making e-posters showed that there was an increase in students' understanding of the material presented and all participants agreed that the healthy lifestyle material presented could be applied in following the learning process at school.</p> <p><strong><em>Keywords: Healthy lifestyle, Covid-19, post-pandemic, student education, maintaining health.</em></strong></p>2024-10-24T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Dinamika Pengabdianhttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/jdp/article/view/35920PENDAMPINGAN PETANI DALAM PENINGKATAN KUALITAS BUAH MELON DENGAN TRICHODERMA DAN BIOCHAR DI KWT ALAMANDA, KELURAHAN PACCERAKKANG2024-07-15T07:40:10+00:00Katriani Mantjakatriani@yahoo.co.idRahmansyah Dermawanradesya09@gmail.comCri Wahyuni Brahmi Yantiyanti@gmail.comTigin Dariatidariati@gmail.comIfayanti Ridwanifayanti@unhas.ac.idSulaeha Sulaehasulaeha@gmail.comNurfaida Nurfaidanurfaida@gmail.comHari Iswoyoiswoyo@gmail.comMuhammad Fariedfaried@gmail.com<p>Kelompok Wanita Tani (KWT) merupakan komponen pendukung ketahanan pangan di kota. Salah satunya yang berada di Kota Makassar, KWT Alamanda, belum memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memanfaatkan biochar pada budidaya tanaman di lahannya. Selain itu, pengetahuan terkait manfaat mikroba yang dapat membantu dalam meningkatkan ketahanan tanaman budidaya terhadap serangan penyakit terutama Trichoderma juga masih kurang dikalangan KWT mitra ini. Tujuan pengabdian pada masyarakat ini adalah sebagai transfer pengetahuan kepada mitra tentang penggunaan Biochar dan Trichoderma pada budidaya tanaman Melon. Metode yang digunakan pada kegiatan pengabdian ini adalah penyuluhan dan pelatihan dalam bentuk pendampingan budidaya Melon pada lahan KWT mitra. Selama kegiatan pengabdian, kelompok mitra secara aktif mengikuti penyuluhan dan pelatihan. Sebanyak 20 orang anggota KWT Alamanda mengikuti kegiatan ini. Pendampingan dilakukan pada semua tahapan budidaya melon menggunakan biochar dan Trichoderma yang dilaksanakan pada demonstration plot sejak persiapan lahan sampai panen. Dari kegiatan pengabdian dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan mitra sebesar 25% dalam melakukan budidaya tanaman melon yang diindikasikan oleh hasil <em>pre-test </em>dan<em> post-test</em>.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>Women Farmers Group (KWT) is a supporting component of food security in the city. One of the KWTs in Makassar City, KWT Alamanda, does not have the knowledge and skills to utilize biochar in cultivating crops on their land. In addition, knowledge related to the benefits of microbes that can help increase the resistance of cultivated plants to disease attacks, especially Trichoderma, is still lacking among these KWT partners. The purpose of this community service is to transfer knowledge to partners about the use of Biochar and Trichoderma in Melon crop cultivation. The method used in this community service activity is counseling and training in the form of Melon cultivation assistance on the KWT partner's land. The partner group actively participated in counseling and training during the service activities. A total of 20 members of KWT Alamanda participated in this activity. Assistance is carried out at all stages of melon cultivation using biochar and Trichoderma, which are carried out on demonstration plots from land preparation to harvest. From the service activities, it can be concluded that partners' knowledge and skills increased by 25% in cultivating melon plants, as indicated by the pre-test and post-test results.</p> <p><strong><em>Keywords: Melon, KWT, Biochar, Trichoderma.</em></strong></p>2024-10-24T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Dinamika Pengabdianhttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/jdp/article/view/21216PEMILAHAN SAMPAH ORGANIK DAN ANORGANIK MELALUI SOSIALISASI GUNA MEMINIMALISIR PENUMPUKAN SAMPAH2022-11-20T06:50:41+00:00I Made Chandra Mandiraimadechandramandira@undiknas.ac.idKrisna Wijayawijaya@gmail.comFerinda Deviadevia@gmail.comAyu Pramadiyanipramadiyani@gmail.comDiah Saptasapta@gmail.com<p>Desa Penatahan adalah desa yang berada di Penebel, Tabanan, Bali. Sampah merupakan material sisa yang dianggap tidak berguna lagi. Kesadaran Masyarakat Desa Penatahan terhadap kepedulian dalam menangani sampah terlihat masih sangat kurang, dimana masih banyak masyarakat yang sering membuang sampah sembarangan. Hal tersebut dikhawatirkan akan ditiru oleh anak-anak desa sebagai penerus dan juga daya dukung lingkungan akan semakin lemah dikarenakan pencemaran yang terjadi. Pemilahan sampah tidak hanya melestarikan lingkungan melainkan dapat membantu perekonomian masyarakat dengan membuat kerajinan tangan sehingga menjadi nilai jual dan sampah organikpun dapat diolah kembali menjadi kompos. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk kuliah kerja nyata dari kelompok modul 2 bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pemilahan sampah organik. Hasil kegiatan pegabdian ini dapat disimpulkan bahwa implementasi dari kegiatan tersebut dapat memberikan kesadaran dan pemahaman kepada masyarakat serta pembentukan karakter dengan melalui penyampaian materi dan diskusi terkait pentingnya memilah sampah organik dan anorganik. Saran yang diberikan yaitu dari program sosialisasi pemilahan sampah, masyarakat diharapkan dapat melanjutkan sikap membuang sampah sesuai jenisnya dan perangkat desa juga diharapkan mampu menyediakan sarana dalam pemilahan sampah, seperti tempat sampah sesuai jenis sampahnya agar mampu mendukung masyarakat dalam melakukan pemilahan sampah.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>Penatahan Village is located in Penebel, Tabanan, Bali. Waste is leftover material that is no longer considered useful. The awareness of the Penatahan Village Community towards concern in handling waste is still very lacking, where there are still many people who often litter. It is feared that it will be imitated by the village children as a successor and also the carrying capacity of the environment will be weaker due to the pollution that occurs. Waste sorting not only preserves the environment but can help the community's economy by making handicrafts so that they become selling points and organic waste can be processed back into compost. Community service activities in the form of a real work lecture from the module 2 group aim to educate the community about sorting organic waste. The results of this service activity can be concluded that the implementation of these activities can provide awareness and understanding to the community and character building through the delivery of material and discussions related to the importance of sorting organic and inorganic waste. The advice given is that from the waste sorting socialization program, the community is expected to continue the attitude of disposing of waste according to its type and village officials are also expected to be able to provide facilities for sorting waste, such as trash bins according to the type of waste in order to support the community in sorting waste.</p> <p><strong><em>Keywords: Waste sorting, public awareness, socialization.</em></strong></p>2024-10-24T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Dinamika Pengabdianhttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/jdp/article/view/35757PELATIHAN PENILAIAN DAMPAK LINGKUNGAN SISTEM PRODUKSI BERDASARKAN LIFE CYCLE ASSESSMENT (LCA) DI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PANGKEP2024-07-15T07:29:36+00:00A. Besse Riyani Indaha.besseriyani@gmail.comDwi Handayanihandayani@gmail.comUgi Fitri Syawalyanisyawalyani@gmail.comMutawakkil Samjasmutawakkil@gmail.comMuhammad Facheruddin BJfacherudiin@gmail.comFajriani Saktifajriani@gmail.com<p>Perkembangan industri di Indonesia yang pesat memberikan dampak positif terhadap perekonomian, tetapi juga berdampak negatif pada lingkungan akibat kurangnya perhatian pengelolaan limbah dari kegiatan produksi. Untuk mengurangi dampak buruk tersebut, penerapan konsep produksi bersih menjadi sangat penting. <em>Life Cycle Assessment</em> (LCA) merupakan pendekatan untuk mengevaluasi dan mengukur dampak lingkungan secara menyeluruh dari suatu produk sepanjang siklus hidupnya. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada Pengawas dan Analis Lingkungan di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pangkep dalam memahami, memonitoring, dan mengevaluasi dampak lingkungan perusahaan sesuai persyaratan PROPER Nasional, s Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik dan Informatika, Universitas Patria Artha.erta mendukung tercapainya beberapa poin <em>Sustainable Development Goals</em>. Kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan metode transfer IPTEKS kepada pihak mitra (DLH). Luarannya adalah kemampuan mitra dalam mengidentifikasi area perbaikan, tahapan siklus hidup penyebab dampak signifikan, melakukan penilaian dan evaluasi dampak lingkungan, menyampaikan hasil LCA, serta memberikan informasi berbasis data untuk pengambilan keputusan. Selama kegiatan pengabdian dilakukan pengukuran tingkat pemahaman peserta pelatihan tentang LCA dengan membagikan kuesioner pra kegiatan dan pasca kegiatan. Dari hasil kuesioner pra kegiatan menunjukkan 90% peserta belum pernah mendengar dan mempelajari terkait LCA. Berdasarkan kuesioner pasca kegiatan menunjukkan bahwa 100% peserta sudah mengetahui penggunaan dan pemanfaatan LCA secara umum dalam melakukan penilaian dampak lingkungan.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>The rapid industrial development in Indonesia has a positive impact on the economy, but also has a negative impact on the environment due to a lack of attention to waste management from production activities. To reduce these adverse impacts, the implementation of cleaner production concepts becomes very important. Life Cycle Assessment (LCA) is an approach to evaluate and measure the overall environmental impact of a product throughout its life cycle. This community service activity aims to provide knowledge to Environmental Supervisors and Analysts at the Pangkep Regency Environmental Service in understanding, monitoring, and evaluating the environmental impact of companies according to the requirements of the National PROPER, as well as supporting the achievement of several Sustainable Development Goals points. This community service activity is carried out using the Science and Technology transfer method to the party (DLH). The expected outcomes are the ability of partners to identify areas for improvement, life cycle stages that cause significant impacts, conduct environmental impact assessments and evaluations, convey LCA results, and provide data-based information to support decision-making. During the community service activity, the level of understanding of the training participants about LCA was measured by distributing pre-activity and post-activity questionnaires. The results of the pre-activity questionnaire showed that 90% of participants had never heard of or studied LCA. Based on the post-activity questionnaire, it showed that 100% of participants were aware of the general use and utilization of LCA in conducting environmental impact assessments.</p> <p><strong><em>Keywords: Life cycle assessment, production system, environmental impact, product life cycle.</em></strong></p>2024-10-24T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Dinamika Pengabdianhttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/jdp/article/view/35797PENERAPAN TEKNOLOGI DRIP-FERTIGASI PADA KEBUN SAYURAN KWT BATUA RAYA VIII, KOTA MAKASSAR2024-07-20T01:52:08+00:00Rahmansyah Dermawanradesya09@gmail.comNurfaida Nurfaidanurfaida@gmail.comTigin Dariatidariati@gmail.comCri Wahyuni Brahmi Yantiyanti@gmail.comHari Iswoyoiswoyo@gmail.comKatriani Mantjamantja@gmail.comIfayanti Ridwanifayanti@unhas.ac.id<p>Pengembangan teknologi pada kebun sayuran di Kelompok Wanita Tani (KWT) perlu dilakukan untuk peningkatan efisiensi terutama dalam hal pemeliharaan tanaman. Penyiraman dan pemupukan tanaman secara manual dapat dilakuan tetapi akan menguras tenaga dan waktu. Penerapan teknologi drip-fertigasi diharapkan mampu meningkatkan efisiensi dalam pemeliharaan tanaman di kebun. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mitra mengenai pemeliharaan kebun sayuran menggunakan teknologi drip-fertigasi. Teknologi drip-fertigasi mampu menjadi solusi bagi permasalahan yang dialami mitra dalam hal penyiraman dan pemupukan tanaman sayuran di kebun. Drip-fertigasi meningkatkan efisiensi penggunaan air dan pupuk dalam mengatasi dampak negatif perubahan iklim (kekeringan). Teknologi penyiraman dan pemupukan yang baik diharapkan meningkatkan produksi dan kualitas tanaman sayuran di kebun-kebun KWT. Tujuan lain, agar ibu-ibu anggota KWT semakin bersemangat dan bergairah dalam melakukan kegiatan budidaya sayuran karena adanya teknologi penyiraman dan pemupukan secara bersamaan (fertigasi) yang meringankan beban kerja, menghemat waktu, dan biaya. Kegiatan ini membekali mitra dengan keterampilan budidaya tanaman sayuran, diperkenalkan dengan teknologi drip-fertigasi, dan mendapatkan pengetahuan, wawasa serta keterampilan mengenai penyiraman dan pemupukan yang baik. Kegiatan ini berlangsung selama 6 bulan di lokasi mitra, yaitu di KWT BATUA RAYA VIII di Kelurahan Paropo, Kecamatan Panakukang, Kota Makassar. Luaran dari kegiatan ini berupa peningkatan pengetatahuan dan keterampilan tentang budidaya sayuran berbasis drip-fertigasi, teknologi tepat guna berupa instalasi drip-fertigasi yang dapat digunakan oleh mitra, dan tersebarnya pengetahuan dan informasi terkait kegiatan ini di media massa dan online.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>Technology development in vegetable gardens in women farmer groups (KWT) needs to be done to increase efficiency, especially in terms of plant maintenance. Manual watering and fertilizing of plants can be done but it will drain energy and time. The application of drip-fertigation technology is expected to increase efficiency in plant maintenance in the garden. This community service activity aims to provide knowledge and skills to partners regarding the maintenance of vegetable gardens using drip-fertigation technology. Drip-fertigation technology can be a solution to the problems experienced by partners in terms of watering and fertilizing vegetable plants in the garden. Drip-fertigation increases the efficiency of water and fertilizer use in overcoming the negative impacts of climate change (drought). Good watering and fertilization technology is expected to increase the production and quality of vegetable crops in KWT gardens. Another goal is to make the women members of KWT more enthusiastic and passionate in doing vegetable cultivation activities because of the technology of watering and fertilizing simultaneously (fertigation) which lightens the workload, saves time, and costs. This activity equipped partners with vegetable cultivation skills, introduced them to drip-fertigation technology, and gained knowledge, awareness and skills regarding proper watering and fertilization. This activity took place for 6 months at the partner location, namely at KWT BATUA RAYA VIII in Paropo Village, Panakukang District, Makassar City. The output of this activity is an increase in knowledge and skills about drip-fertigation-based vegetable cultivation, appropriate technology in the form of drip-fertigation installations that partners can use, and the spread of knowledge and information related to this activity in mass media and online.</p> <p><strong><em>Keywords: Drip-fertigation, urban agriculture, women farmer groups, vegetables.</em></strong></p>2024-10-24T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Dinamika Pengabdianhttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/jdp/article/view/28340PENERAPAN TEKNOLOGI BIOCHAR BERBASIS KARBON OFFSET MENGGUNAKAN TONGKOL JAGUNG PADA KELOMPOK TANI MASSEDDI I KABUPATEN WAJO2023-08-30T06:01:39+00:00Sukmawati Sukmawatisukmakuuh76@gmail.comIradhatullah Rahimrahim@gmail.comBahruddin Bahruddinbahruddin@gmail.comSuherman Suhermansuherman@gmail.comMayasari Yaminmayasari@gmail.comSri Nur Qadrisrinur@gmail.comSyamsiar Zamzamsyamsiar@gmail.comFatmawati Fatmawatifatmawati@gmail.com<p>Limbah pertanian merupakan sumber bahan organik berkelanjutan di dunia. Untuk mengatasi penurunan kesuburan tanah yang berkepanjangan, lahan pangan membutuhkan penambahan bahan organik secara berkelanjutan. Biochar merupakan bahan organik yang persisten tersimpan dalam tanah. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan wawasan petani dalam memanfaatkan teknologi biochar tanpa asap dalam mengelola tongkol jagung sesuai prosedur karbon kredit. Metode pelaksanaan kegiatan terdiri dari: 1) Training prosedur standarisasi; 2) Produksi biochar dan pupuk slow release; dan 3) Aplikasi biochar sebagai bahan pembenah tanah. Hasil dari kegiatan ini adalah: 1) Meningkatnya kemampuan kelompok tani memproduksi biochar sesuai prosedur karbon kredit; 2) Sertifikasi biochar untuk kelompok tani; dan 3) Meningkatnya kandungan C-organik tanah. Dalam kegiatan ini melibatkan 40 orang anggota Kelompok Tani Masseddi I yang berkomitmen untuk mengolah limbah jagung menggunakan teknologi biochar sesuai prosedur karbon kredit sebagai tindak mitigasi petani jagung menghadapi perubahan iklim.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>Agricultural waste is a source of sustainable organic matter in the world. To overcome the prolonged decline in soil fertility, food fields require the addition of organic matter on an ongoing basis. Biochar is a persistent organic material stored in the soil. This activity aims to increase farmers' insight into utilizing smokeless biochar technology in managing corn cobs according to the carbon credit procedure. Methods in implementing activities consist of 1) Standardization procedure training, 2) Biochar and slow-release fertilizer production, and 3) Application of biochar as a soil amendment. The results of this activity are: 1) Increasing the ability of farmer groups to produce biochar according to carbon credit procedures; 2) Biochar certification for farmer groups; and 3) Increasing soil C-organic content. This activity involved 40 Masseddi I Farmer Group members committed to processing corn waste using biochar technology according to the carbon credit procedure as a mitigation measure for corn farmers facing climate change.</p> <p><strong><em>Keywords: Biochar, bioremediation, carbon credits, carbon offset, slow-release fertilizer.</em></strong></p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>Agricultural waste is a source of sustainable organic matter in the world. To overcome the prolonged decline in soil fertility, food fields require the addition of organic matter on an ongoing basis. Biochar is a persistent organic material stored in the soil. This activity aims to increase farmers' insight into utilizing smokeless biochar technology in managing corn cobs according to the carbon credit procedure. Methods in implementing activities consist of 1) Standardization procedure training, 2) Biochar and slow-release fertilizer production, and 3) Application of biochar as a soil amendment. The results of this activity are: 1) Increasing the ability of farmer groups to produce biochar according to carbon credit procedures; 2) Biochar certification for farmer groups; and 3) Increasing soil C-organic content. This activity involved 40 Masseddi I Farmer Group members committed to processing corn waste using biochar technology according to the carbon credit procedure as a mitigation measure for corn farmers facing climate change.</p> <p><strong><em>Keywords: Biochar, bioremediation, carbon credits, carbon offset, slow-release fertilizer.</em></strong></p>2024-10-24T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Dinamika Pengabdianhttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/jdp/article/view/36576PELATIHAN PRODUKSI KERIPIK SINGKONG DAN TEPUNG TAPIOKA KEPADA PEMUDA DESA WAIJARANG LEMBATA2024-09-23T05:45:22+00:00Gerardus Diri Tukananginwewa@yahoo.co.idKristina Briakristina@gmail.comMonika Woli Wokalmonikawoli@gmail.comSefriani Vidiani Luruk Seransefriani@gmail.comArkhangela Giriani Snoearkhangela@gmail.comOktaviana Matildaoktaviana@gmail.comAnanda Oky Mekel M. Boikhanandaoky@gmail.comSilvestra Intan Nahak Costasilverstra@gmail.comMaria Wilhelmina Lasarmariawilhelmina@gmail.comGerardus Diri Tukangerardus@gmail.com<p>Desa Waijarang, Kabupaten Lembata berdiri tahun 1995 dan menjadi lokasi relokasi bagi pengungsi. Masyarakat dominan sebagai petani dan menggarap lahan milik warga desa lain untuk berkebun. Desa Waijarang kini menjadi satu pintu masuk kabupaten Lembata dari jalur laut, karena terdapat pelabuhan kapal Fery, dan merupakan satu potensi bisnis. Namun, para pemuda desa kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk berwirausaha di bidang makanan dari hasil pertanian, seperti produk makanan camilan. Berdasarkan kondisi tersebut dilakukan pelatihan produksi keripik singkong dan tepung tapioka. Metode kegiatan yaitu praktek produksi. Hasil kegiatan yang dilaksanakan selama dua minggu yakni diproduksi keripik singkong dari singkong parutan. Para pemuda terlibat aktif. Evaluasi kegiatan dilakukan setiap akhir pekan. Luaran yang dihasilkan yakni produk keripik berlogo Kingkong Waijar dan tepung tapioka. Peserta pelatihan serta pemerintah desa menyatakan gembira karena memperoleh pengetahuan dan inovasi baru tentang pengolahan singkong segar. Disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan berhasil dilakukan dan produk langsung dipasarkan.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>Waijarang Village, Lembata Regency was established in 1995 and became a relocation location for refugees. The dominant community is farmers and works on land belonging to other villagers for gardening. Waijarang Village is now the entrance to Lembata Regency from the sea route, because there is a ferry port, and has business potential. However, village youth lack the knowledge and skills to become entrepreneurs in the field of food from agricultural products, such as snack food products. Based on these conditions, training was carried out on the production of cassava chips and tapioka flour. The activity method is production practice. The results of the activities carried out for two weeks were the production of cassava chips from grated cassava. The youth are actively involved. Evaluation of activities is carried out every weekend. The products produced are chips with the Kingkong Waijar logo and tapioka flour. The training participants and the village government expressed happiness because they had gained new knowledge and innovation about processing fresh cassava. It was concluded that the training activities were successful and the product was immediately marketed.</p> <p><strong><em>Keywords: Kingkong waijar, Waijarang Village youth, production training.</em></strong></p>2024-10-24T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Dinamika Pengabdianhttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/jdp/article/view/36543OPTIMALISASI PEMANFAATAN PLATFORM CANVA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS KONTEN EDUKASI PUBLIK DAN KEGIATAN KESEHARIAN DI DISKOMINFO TABANAN2024-09-23T05:49:09+00:00Decky Cipta Indrashwara Indrashwaraciptaindrashwara@undiknas.ac.idI Kadek Purwita Adisantosa Adisantosapurwitaadisantosa@gmail.com<p>Optimalisasi pemanfaatan platform Canva di Diskominfo Tabanan menjadi langkah strategis dalam meningkatkan kualitas konten edukasi publik dan kegiatan keseharian. Konten visual yang menarik ini membantu meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap isu-isu penting, serta mendorong partisipasi aktif mereka dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Hal ini penting untuk membangun citra positif dan kepercayaan publik terhadap Diskominfo Tabanan sebagai lembaga yang kompeten dan inovatif dalam menyampaikan informasi. Metode pelaksanaan pada kegiatan ini adalah dengan melakukan edukasi dan pendampingan praktik secara langsung di lokasi kegiatan sebagai solusi dari permasalahan yang terjadi di lapangan. Permasalahan yang terjadi kemudian dianalisis setelah itu dicari solusi melalui teori-teori serta konsep-konsep keilmuan yang telah dipelajari. Hasil dari kegiatan ini, penggunaan platform Canva dapat signifikan meningkatkan kualitas dan efektivitas konten edukasi publik yang disampaikan oleh Diskominfo Tabanan kepada masyarakat. Diskominfo Tabanan menghadapi beberapa hambatan utama seperti kurangnya pengetahuan teknologi dan keterbatasan waktu untuk pembelajaran mendalam. Namun, dengan menerapkan strategi pendampingan yang melibatkan pelatihan intensif dan praktek langsung, Diskominfo Tabanan dapat mengatasi hambatan tersebut dengan efektif.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>Optimizing the Canva platform at the Tabanan Diskominfo is a strategic step in improving the quality of public education content and daily activities. This attractive visual content helps increase public understanding and awareness of important issues, as well as encouraging their active participation in various activities organized by local governments. This is important to build a positive image and public trust in the Tabanan Diskominfo as an institution that is competent and innovative in conveying information. The implementation method for this activity is to provide education and direct practical assistance at the activity location as a solution to problems that occur in the field. The problems that arise are then analyzed and solutions are sought through the theories and scientific concepts that have been studied. The results of this research using the Canva platform can significantly improve the quality and effectiveness of public education content delivered by Diskominfo Tabanan to the public. Tabanan Diskominfo faces several main obstacles such as lack of technological knowledge and limited time for in-depth learning. However, by implementing a mentoring strategy that involves intensive training and direct practice, Diskominfo Tabanan can overcome these obstacles effectively.</p> <p><strong><em>Keywords: Canva, visual content, Diskominfo Tabanan.</em></strong></p>2024-10-24T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Dinamika Pengabdianhttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/jdp/article/view/36924“SIPRODIV”: SISTEM PRODUKSI HORTIKULTURA BERBASIS DRIP FERTIGASI GRAVITASI KELOMPOK WANITA TANI (KWT) KERABAT DI KELURAHAN TAMALANREA INDAH2024-08-31T13:51:41+00:00Muhammad Fachri Rama Dwi Astradamuhammadfachri@gmail.comMuhammad Irsanirsan@gmail.comAhmad Fatih Adamadam@gmail.comSitti Nurannisanurannisa@gmail.comMeyrliani Meyrlianimeyrliani@gmail.comWinda Bintoyanwinda@gmail.comAndi Feriawanferiawan@gmail.comLianan Pata’dunganlianan@gmail.comSyarifah Askina Shadiqshadiq@gmail.comErdy Winandawinanda@gmail.comRezki Ayu Nandananda@gmail.comNovianti Sampepadangsampepadang@gmail.comMuhammad Takbiratul Ihsanihsan@gmail.comRifdah Nafilah Aswinrifdahnafilah@gmail.comAhmad Rifaiahmadrifai@gmail.comRahmansyah Dermawanradesya09@gmail.com<p>SIPRODIV memanfaatkan ketinggian sumber air sebagai sumber tenaga (energi) irigasi dan pemupukan yang efisien. Pengabdian ini menggunakan metode pendekatan <em>Asset-Based Community Development</em> (ABCD) dan untuk evaluasi keberhasilan program menggunakan <em>Participatory Action Research</em> (PAR). Kegiatan pemberdayaan dilakukan melalui sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan intensif. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian Kelompok Wanita Tani (KWT) Kerabat di kebun sayuran melalui penerapan teknologi pertanian modern berbasis drip fertigasi gravitasi. Hasil pelaksanaan program menunjukkan peningkatan pemahaman dan keterampilan anggota KWT dalam instalasi dan pengoperasian sistem drip fertigasi gravitasi, budidaya hortikultura, serta pengolahan pascapanen dan pemasaran produk. Terbetuknya sebelas bedengan sayuran yang berisi tanaman hortikultura seperti cabai, terong, pakcoy, bayam, dan kangkung. Anggota KWT mampu menjadi paham budidaya hottikultura dan mampu memahami system tentang SIPRODIV. Evaluasi menunjukkan adanya peningkatan pemahaman sebesar 50,03% terkait sistem ini.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>SIPRODIV utilizes the height of water sources as a source of efficient irrigation and fertilization energy. This community service uses the Participatory Action Research (PAR) method and the Asset-Based Community Development (ABCD) approach. Empowerment activities are carried out through socialization, training, and intensive mentoring. This study aims to improve the ability and independence of the Kerabat Women Farmers Group (KWT) in vegetable gardens by applying modern agricultural technology based on gravity drip fertigation. The results of the program implementation showed an increase in the understanding and skills of KWT members in the installation and operation of the gravity drip fertigation system, horticulture cultivation, post-harvest processing, and product marketing. The formation of eleven vegetable beds containing horticultural plants such as chili, eggplant, pak choy, spinach, and water spinach. KWT members were able to understand horticulture cultivation and were able to understand the SIPRODIV system. The evaluation showed an increase in understanding of 50.03% regarding this system.</p> <p><strong><em>Keywords: Gravity drip fertigation, Women Farmers Group (KWT), Community empowerment.</em></strong></p>2024-10-24T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Dinamika Pengabdianhttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/jdp/article/view/35203EDUKASI KESEHATAN FISIK DAN MENTAL PADA REMAJA DI SMPN 2 AMLAPURA, KABUPATEN KARANGASEM, BALI2024-06-07T10:59:18+00:00Rima Kusuma Ningrumrimafkikunwar@gmail.comNi Wayan Diana Ekayaniekayani@gmail.comI Gusti Ngurah Adi Rajistarajista@gmail.com<p>Masa remaja merupakan masa perubahan dari anak-anak ke remaja, perubahan tersebut terjadi baik secara fisik, mental, emosi dan psikososial serta sistem reproduksi. Pada laki-laki dan perempuan batasan usia remaja pada kisaran umur 15-24 tahun belum menikah ini merupakan batasan umur yang telah ditetapkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Dalam rentang usia tersebut terjadi perubahan secara fisik, bagi remaja laki-laki adanya perubahan suara, pertumbuhan jakun dan perubahan fisik pada perempuan dengan adanya pertumbuhan payudara serta perkembangan organ reproduksi secara maksimal. Di masa ini perlu adanya edukasi dan pendampingan terhadap remaja untuk tetap bisa menjaga kesehatan fisik maupun mental serta untuk menghindari terjadinya bullying. Tim pengabdian melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan penyuluhan ke sejumlah guru dan siswa di SMPN 2 Amlapura pada tanggal 29 Oktober 2022. Penyuluhan mengenai kesehatan fisik dan mental diikuti oleh 10 orang guru dan 32 siswa SMP. Kegiatan diawali dengan pemberian <em>pre-test</em>, pemaparan materi, tanya jawab dan <em>post-test</em>. Hasil kegiatan ini terjadi peningkatan sebesar 11.67 pada guru, sedangkan pada siswa terjadi peningkatan sebesar 14.75. Adanya peningkatan ini diharapkan guru dan siswa dapat menjaga kesehatan fisik maupun mental serta untuk menghindari terjadinya <em>bullying</em>.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>Adolescence is a period of change from child to teenager; these changes occur both physically, mentally, emotionally, and psychosocially, as well as in the reproductive system. For men and women, the age limit for teenagers aged 15-24 years without marriage is the age limit set by the Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). In this age range, physical changes occur; for teenage boys, there is a change in voice, the growth of the Adam's apple, and physical changes in women with breast growth and maximum development of reproductive organs. At this time, there is a need for education and assistance for teenagers to maintain their physical and mental health and to avoid bullying. The service team conducted interviews with school officials and counseled several teachers and students at SMPN 2 Amlapura on October 29, 2022. Counseling on physical and mental health was attended by 10 teachers and 32 junior high school students. The activity begins with giving a <em>pre-test</em>, presentation of the material, question and answer, and <em>post-test</em>. The results of this activity were an increase of 11.67 for teachers, while for students, there was an increase of 14.75. With this increase, it is hoped that teachers and students can maintain physical and mental health and avoid bullying.</p> <p><strong><em>Keywords: Teenager, reproductive and mental health, training and counseling, bullying.</em></strong></p>2024-10-24T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Dinamika Pengabdianhttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/jdp/article/view/36438BANK PUPUK ORGANIK: PENGELOLAAN LIMBAH TERNAK, DAPUR, DAN PERTANIAN SEBAGAI IMPLEMENTASI EKONOMI SIRKULAR DI DESA KANDANGAN2024-08-05T12:18:56+00:00Sakiah Sakiahsakiah@stipap.ac.idTuty Ningsihtuty_ningsih@itsi.ac.idBayu Pratomobayupratomo@unprimedan.ac.id<p>Limbah organik yang berasal dari ternak, dapur dan pertanian masih memerlukan perhatian dari berbagai pihak. Disatu sisi, limbah organik menjadi pemicu meningkatnya emisi gas rumah kaca di atmosfir, disisi lain, limbah organik merupakan “emas” bagi dunia pertanian apabila dikelola secara tepat. Desa Kandangan memiliki potensi besar dalam hal bahan baku pupuk organik yang bersumber dari ternak lembu maupun kambing, limbah dapur dan pertanian. Namun, masyarakat Desa Kandangan belum mengelolanya karena keterbatasan iptek. Pengabdian kepada masyarakat (PkM) ini bertujuan untuk mengedukasi dan mendampingi masyarakat Desa Kandangan dalam pengelolaan limbah ternak, dapur dan pertanian secara terpadu dan terpusat yang dinamakan Bank Pupuk Organik. Metode yang digunakan yaitu penyuluhan, pelatihan dan pendampingan. Kegiatan PkM telah dilaksanakan bertahap, berdasarkan evaluasi <em>pre-test</em> dan <em>post-test</em> menunjukkan peningkatan pemahaman mitra terhadap konsep pupuk organik yaitu 90%, pengolahan limbah dan dampak terhadap lingkungan mencapai 73% serta kebermanfaatan program PkM yang dirasakan mitra yaitu 83%. Adapun produk yang dihasilkan dari program PkM ini yaitu eco enzyme, pupuk organik cair (POC) dari urin lembu, pupuk organik padat (POP) dari campuran feses lembu, limbah dapur dan pertanian serta logo dan label kemasan pupuk organik. Produk yang dihasilkan dari Bank Pupuk Organik dapat dimanfaatkan mitra, khususnya bagi petani yang merupakan masyarakat Desa Kandangan. Diperlukan pendampingan yang berkelanjutan agar pembuatan pupuk organik berjalan secara konsisten dan pupuk organik yang dihasilkan memenuhi standar SNI.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>Organic waste from livestock, kitchens and agriculture still requires attention from various parties. On the one hand, organic waste is a trigger for increased greenhouse gas emissions in the atmosphere, on the other hand, organic waste is "gold" for the world of agriculture if managed properly. Kandangan Village has great potential in terms of organic fertilizer raw materials sourced from cattle, kitchen and agricultural waste. However, the people of Kandangan Village have not managed it due to limited science and technology. This community service aims to educate and assist the people of Kandangan Village in managing livestock, kitchen and agricultural waste in an integrated and centralized manner called the Organic Fertilizer Bank. The methods used are counseling, training, mentoring and demo plots. Community service activities have been carried out in stages, based on pre-test and post-test evaluations, it shows an increase in partners' understanding of the concept of organic fertilizer, which is 90%, knowledge of waste management and its impact on the environment reaches 83% and the usefulness of the program is 93%. The products produced from this program are eco enzyme, ox urine liquid organic fertilizer, solid organic fertilizer mixed with ox feces, kitchen and agricultural waste. The products produced from the Organic Fertilizer Bank are used as fertilizer for farmers who are the people of Kandangan Village.</p> <p><strong><em>Keywords: Sustainable, economy, green, organic, fertilizer.</em></strong></p>2024-10-24T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Dinamika Pengabdianhttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/jdp/article/view/39791PEMBERDAYAAN DESA BINAAN (PDB) SENTRA PENGHASIL KEDELAI DAN DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN BIJI KEDELAI DI DESA LEANG-LEANG KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN2024-09-21T02:28:50+00:00Aminah Aminahaminah.muchdar@umi.ac.idYusrianiyusriani@umi.ac.idSt. Sabahannurst.sabahannur@umi.ac.idMarliana S. Paladmspalad@gmail.com<p>Tujuan Pengabdian Desa Binaan (1) menerapkan hasil riset dalam bidang pangan secara berkelanjutan guna menjaga ketersediaan kedelai, (2) meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat mitra, (3) meningkatkan pengetahuan petani dalam penerapan teknologi budidaya kedelai yang terstandar dan diversifikasi produk olahan biji kedelai, (4) meningkatkan pengetahuan mitra pentingnya gizi susu kedelai untuk pencegahan stunting yang banyak di wilayah mitra. Metode pendekatan yang digunakan yaitu metode penyuluhan dan bimbingan teknologi. Permasalahan mitra adalah (1) pengetahuan petani minim tentang budidaya kedelai; (2) penggunaan pupuk kimia jumlah besar menyebabkan ketidakstabilan ekosistem lahan; (3) metode pemupukan konvensional dilakukan dengan cara menabur di permukaan tanah hal ini tidak efesien dalam penggunaan pupuk yang semakin mahal; (4) petani memperoleh benih dari hasil panen yang dilakukan secara terus menerus; (5) petani tidak memiliki pengetahuan untuk jadi penangkar benih kedelai dan bergantung dari subsidi pemerintah; dan (6) saat harga tidak menentu, petani tidak mempunyai pengetahuan pengolahan produk olahan berupa susu kedelai yang mempunyai gizi tinggi. tepung kedelai dan keripik tempe. Hasil kegiatan menunjukkan ada peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan teknologi budidaya kedelai yang terstandar dari Mitra (Kelompok Tani Siparingerrang dan Borongpaoe) di Desa Leang-leang, antara lain petani menggunakan pupuk organik dibanding kimia, dan bantuan alat pencacah limbah panen membuat petani mampu mengolah sendiri limbah panennya menjadi pupuk organik, selain itu pengetahuan dalam panen dan pascapanen, dengan adanya teknologi yang diberikan alat perontok biji kedelai, mampu meningkatkan pendapatan petani sebab biji yang dihasilkan kualitasnya sangat baik tidak pecah-pecah dibandingkan cara tradisional yang memecahkannya di tanah, dan keterampilan penerapan teknologi mampu diterapkan petani.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>The objectives of Community Service in Assisted Villages are (1) applying research results in the food sector in a sustainable manner maintaining the soybeans availability, (2) improving the partner communities’ independence and welfare, (3) developing farmers' knowledge in applying soybean cultivation technology and diversifying processed soybean products, (4) increasing partners' knowledge of the importance of soy milk nutrition for preventing stunting in partner areas. The approach method used is the counseling method and technological guidance. Partner problems are (1). farmers have minimal knowledge about soybean cultivation; (2) the use of chemical fertilizer causes instability in the land ecosystem; (3). Conventional fertilization methods adoption by sowing on the soil surface, which is not efficient with fertilizers getting more expensive; (4) farmers obtain seeds from continuous harvests; (5) farmers do not have the knowledge becoming soybean seed breeders and depend on government subsidies; (6) when prices are uncertain, farmers do not have the knowledge processing processed products like soy milk which has high nutrition. soy flour and tempeh chips. The results show that there is an increase in knowledge applying standardized soybean cultivation technology from partners (Siparingerrang and Borongpaoe farmer groups) in Leang-leang village, among them farmers using organic fertilizer rather than chemical, the assistance of harvest waste chopping equipment to process it themselves. harvest waste into organic fertilizer. With the soybean seed thresher, farmers' income increased because the seeds quality improved and unbreak compared to the traditional method of breaking them, and application skills technology can be applied by farmers.</p> <p><strong><em>Keywords: Soybean cultivation technology, soybean threshing tools, counting tools, assistance, Leang-leang Village.</em></strong></p>2024-10-24T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Dinamika Pengabdianhttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/jdp/article/view/36938RAJA-FARMER: PEMBERDAYAAN PEMUDA MELALUI SANGGAR TANI MUDA DENGAN PRAKTIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM YANG BERKELANJUTAN DI KELURAHAN BAJU BODOA2024-09-23T03:55:36+00:00M. Bayu Mariobayumario@unhas.ac.idMutmainnah Mutmainnahmutmainnah@gmail.comSiti Nurul Nisa’anurulnisaa@gmail.comNur Fadilah Reskinurfadilah@gmail.comNurul Febriantifebrianti@gmail.comUlfi Nurul Yannatulyannatul@gmail.comSulfikar Sulfikarsulfikar@gmail.comAulia Rahmaauliarahma@gmail.comIkbal Ikbalikbal@gmail.comNurul Azizahnurulazizah@gmail.comGalih Anom Arya Zamrud Manampiringgalihanom@gmail.comFaiq Syihanfaiq@gmail.comAhmad Azhari Arifahmadazhari@gmail.com<p>Kelurahan Baju Bodoa memiliki luas daerah 3,76 km<sup>2</sup> dan populasi sekitar 6.617 orang terbagi dalam tiga lingkungan dan empat kampung. Sumber daya alam di sektor pertanian Kelurahan Baju Bodoa terbilang sangat berpotensi jika dikembangkan menjadi sebuah inovasi baru yang bernilai ekonomi. Berdasarkan hasil observasi langsung oleh mahasiswa Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Kelompok Mahasiswa Penalaran Ilmiah Pertanian Universitas Hasanuddin (KM Pilar Unhas), sebagian besar kelurahan tersebut merupakan lahan sawah yang masih menjadi sumber utama pendapatan penduduk Kelurahan Baju Bodoa. Namun, profesi petani di daerah ini didominasi oleh penduduk yang berusia di atas 35 tahun, sehingga disimpulkan bahwa terjadi penurunan minat pemuda untuk terlibat dalam sektor pertanian. Di sisi lain, mahasiswa KM Pilar Unhas melihat bahwa pemuda Kelurahan Baju Bodoa memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai mitra karena sudah mempunyai lembaga sebelumnya yaitu karang taruna. Namun, para pemuda tersebut, belum mempunyai usaha tani yang memadai. Tim PPK Ormawa KM Pilar Unhas memiliki alternatif solusi, untuk membentuk sanggar tani muda, melalui program yang dinamai Rumah Jamur (Raja) Farmer meliputi kegiatan pengelolaan potensi pertanian di Kelurahan Baju Bodoa yaitu budidaya jamur tiram. Tujuan dari kegiatan ini adalah membentuk sanggar tani muda, membentuk kurikulum, dan menghasilkan produk jamur tiram. Metode yang dilakukan pada kegiatan ini berupa pelatihan teknis, pendampingan berkelanjutan, pengadaan sarana dan prasarana, pengembangan produk turunan, pengelolaan usaha dan pemasaran, pelaksanaan <em>launching</em> rumah jamur, pengukuhan sanggar tani muda serta monitoring dan evaluasi. Hasil dari kegiatan ini adalah terbentuknya sanggar tani muda yang beranggotakan delapan belas orang, terbentuknya rumah jamur dan terbentuknya kurikulum non-formal.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>Baju Bodoa Subdistrict covers an area of 3.76 km<sup>2</sup> with a population of around 6,617 people, divided into three neighborhoods and four villages. The natural resources in the agricultural sector of Baju Bodoa Subdistrict hold significant potential for development into innovative economic ventures. Based on direct observations conducted by students of Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Kelompok Mahasiswa Penalaran Ilmiah Pertanian Universitas Hasanuddin (KM Pilar Unhas), most of the subdistrict consists of rice fields, which remain the primary source of income for the residents of Baju Bodoa Subdistrict. However, the farming profession in this area is dominated by residents aged over 35 years old, indicating a decline in youth interest in engaging in the agricultural sector. On the other hand, KM Pilar Unhas students identified that the youth of Baju Bodoa Subdistrict had significant potential to become partners as they are already organized under a youth organization called Karang Taruna. Nevertheless, these young people have not yet established adequate farming ventures. The PPK Ormawa KM Pilar Unhas team proposes an alternative solution by forming a young farmers’ group through a program named “Rumah Jamur (Raja) Farmer”, which involves managing the agricultural potential of Baju Bodoa Subdistrict, specifically through oyster mushroom cultivation. This activity aims to establish a young farmers’ group, develop a curriculum, and produce oyster mushroom products. The methods employed in this activity include technical training, continuous mentoring, procurement of facilities and infrastructure, development of derivative products, business manajemen and marketing, launching of the mushroom house, the inauguration of the young farmer’s group and monitoring and evaluation. The results of this activity include forming a young farmers’ group consisting of eighteen members, establishing a mushroom house, and creating a non-formal curriculum.</p> <p><strong><em>Keywords: Oyster mushroom, karang taruna, technical training, derivative products, mushroom house, young farmers.</em></strong></p>2024-10-24T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Dinamika Pengabdianhttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/jdp/article/view/31645EDUKASI AKTIVITAS PENAMBANGAN ILEGAL DAN BAHAYA PENGGUNAAN MERKURI DALAM PENGOLAHAN EMAS DI KECAMATAN KATIBUNG, LAMPUNG SELATAN2023-11-14T05:36:17+00:00M. Akbari Danaslariodanasla2@gmail.comJarwindajarwinda@ta.itera.ac.idHafid Zul Hakimhafid.hakim@ta.itera.ac.idRahmat Fadhilahrahmat.fadhilah@ta.itera.ac.idAlio JasiptoAlio.jasipto@ta.itera.ac.id<p>Dusun Sinar Laut merupakan salah satu wilayah di Desa Sidomekar, Kecamatan Katibung, Lampung Selatan yang memiliki penambangan tanpa izin (PETI). Adapun mineral yang ditambang yakni emas. Saat terjadinya penangkapan terhadap 4 (empat) penambang tanpa izin di dusun tersebut oleh Aparat Penegak Hukum (APH) ditemukan 18 besi tabung gelondongan yang diduga merupakan bahan berbahaya jenis merkuri yang digunakan untuk mengolah emas di lokasi tersebut. Penggunaan merkuri dalam mengolah hasil tambang saat ini telah dilarang di Indonesia karena bahaya yang dapat ditimbulkan, baik bagi penambang, lingkungan, maupun kesehatan masyarakat sekitar. Pengabdian Kepada Masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap peraturan yang berlaku ketika melakukan aktivitas penambangan serta dampak buruk menggunakan bahan berbahaya dalam pengolahan hasil tambang. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman tersebut dilakukan melalui sosialisasi serta edukasi kepada masyarakat. Kegiatan ini mengundang pemangku kepentingan terkait, seperti aparat Desa Sidomekar, para Kepala Dusun, serta masyarakat di desa tersebut. Dengan adanya Pengabdian Kepada Masyarakat ini masyarakat Dusun Sinar Laut lebih memahami mengenai tata cara pengajuan izin dan peraturan yang berlaku terkait dengan aktivitas penambangan. Selain itu masyarakat juga dapat mengetahui cara mengolah emas yang baik dan bahaya dari penggunaan merkuri dalam pengolahan emas. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya peningkatan pemahaman dan pengetahuan warga terhadap penambangan tanpa izin (PETI) dan bahaya penggunaan merkuri yakni sebesar >20% pada indikator mengetahui dan sangat mengetahui, serta indikator sangat tidak mengetahui turun dipersentase 0%.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>Sinar Laut Hamlet is one of the areas in Sidomekar Village, Katibung Subdistrict, South Lampung that has unlicensed mining (PETI). The mineral being mined is gold. During the arrest of 4 (four) unlicensed miners in the hamlet by Law Enforcement Officials (APH), 18 iron tubes were found, which were suspected to be hazardous materials such as mercury used to process gold at that location. The use of mercury in processing mining products has now been banned in Indonesia because of the dangers it can cause, both for miners, the environment, and the health of the surrounding community. This “Pengabdian Kepada Masyarakat” aims to increase community knowledge and understanding of the regulations that apply when conducting mining activities and the adverse effects of using hazardous materials in processing mining products. Increasing knowledge and understanding is done through socialization and education to the community. This activity invited relevant stakeholders, such as Sidomekar Village officials, the Heads of Hamlets, and the community in the village. With this “Pengabdian Kepada Masyarakat”, the people of Sinar Laut Hamlet have a better understanding of the procedures for applying for permits and applicable regulations related to mining activities. Apart from that, the community can also find out how to process gold properly and the dangers of using mercury in gold processing. This can be seen from the increase in residents' understanding and knowledge of unlicensed mining (PETI) and the dangers of using mercury, which is> 20% in the indicator of knowing and very knowing, and the indicator of very not knowing dropped to a percentage of 0%.</p> <p><strong><em>Keywords: Mining, mercury, gold mines, best practice mining.</em></strong></p>2024-10-24T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Dinamika Pengabdianhttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/jdp/article/view/37298PRODUK SURABI IKAN: INOVASI JAJANAN SEHAT DENGAN NILAI GIZI TINGGI UNTUK ANAK-ANAK DI PULAU SAMATELLU LOMPO, PANGKAJENE KEPULAUAN2024-09-23T03:52:48+00:00Abu Bakar Tawaliabubakar_tawali@unhas.ac.idMeta Mahendradattameta-mahendradatta@unhas.ac.idMuhammad Yusri Karimyusri_karim@yahoo.comMuhpidahmuhpidah@unhas.ac.idLisa Angrianiliangrianisa@gmail.comAzzahra Nabilahazznabilah86@gmail.comEla Sulkiflielasulkifli@gmail.comDwi Ghina Nadhifadgnadhifa@gmail.com<p>Stunting merupakan masalah kesehatan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan, dengan angka prevalensi mencapai 30%. Salah satu upaya untuk mengurangi angka stunting di daerah ini adalah melalui inovasi pangan berbasis sumber daya lokal, khususnya ikan. Artikel ini membahas program pengolahan ikan menjadi surabi, jajanan tradisional yang diperkaya dengan nutrisi, untuk meningkatkan asupan gizi anak-anak di Pulau Samatellu Lompo. Program ini mencakup survei potensi bahan baku, persiapan teknologi pengolahan, pelatihan pembuatan surabi ikan, serta pendampingan dalam proses komersialisasi produk. Hasil dari program ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan peserta tentang pentingnya konsumsi ikan dan keterampilan dalam pengolahan surabi. Evaluasi <em>pre-test</em> dan <em>post-test</em> menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam pemahaman peserta terkait pengolahan pangan bergizi. Melalui kegiatan ini, diharapkan produk surabi ikan dapat membantu meningkatkan asupan gizi anak-anak, sekaligus membuka peluang ekonomi bagi masyarakat setempat. Surabi ikan diposisikan sebagai solusi inovatif untuk mengatasi masalah stunting di daerah kepulauan ini, dengan potensi komersialisasi yang besar.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>Stunting is a health issue in Pangkajene and Kepulauan (Pangkep) Regency, South Sulawesi, with a prevalence rate reaching 30%. One of the efforts to reduce the stunting rate in this area is through food innovation based on local resources, particularly fish. This article discusses a program that processes fish into surabi, a traditional snack enriched with nutrition, to improve children's nutritional intake on Samatellu Lompo Island. The program involves a survey of raw material potential, preparation of processing technology, training on surabi fish production, and assistance in the commercialization process. The results of this program show an increase in participants' knowledge about the importance of fish consumption and skills in making surabi. Evaluations from <em>pre-test</em> and <em>post-test</em> show a significant improvement in participants' understanding of nutritious food processing. Through this activity, it is expected that surabi fish products can help improve children's nutritional intake while also providing economic opportunities for the local community. Fish surabi is positioned as an innovative solution to tackle the stunting problem in this island area, with great commercialization potential.</p> <p><strong><em>Keywords: Fish, Pangkep, stunting, surabi.</em></strong></p>2024-10-24T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Dinamika Pengabdianhttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/jdp/article/view/37010PENINGKATAN PENGETAHUAN MASYARAKAT MELALUI DISEMINASI HASIL PENELITIAN TANAMAN AREN DI KABUPATEN MAROS2024-09-21T02:26:20+00:00Hadija Sukridhija01@gmail.comAndi Nur Imrannurimranforest@yahoo.comNirawati Nirawatinirawati@umma.ac.idSartika Labandhija01@gmail.comEdwin Nussy Lahasima dhija01@gmail.com<p>Salah satu strategi peningkatan pengetahuan petani adalah melalui diseminasi hasil penelitian. Melalui diseminasi, semua hasil penelitian dapat sampai kepada masyarakat luas dan para petani secara khususnya petani aren sehingga memberikan wawasan yang mendalam kepada petani untuk dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam, peningkatan hasil panen, dan mengurangi resiko kerusakan lingkungan. Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah menyebarluaskan hasil penelitian yang berhubungan dengan tenaman aren untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani aren di Desa Bonto Manurung Kabupaten Maros. Metode yang digunakan dalam program pemberdayaan wilayah di Desa Bonto Manurung, Kabupaten Maros ini adalah metode partisipatif yang akan bertujuan secara inklusif melibatkan semua pihak mitra pemerintah dan mitra sasaran. Diseminasi hasil penelitian melalui kuliah umum dan seminar memberikan akses kepada petani aren terhadap pengetahuan yang lebih dalam tentang budidaya aren. Diseminasi harus diikuti dengan pelatihan berkelanjutan agar dapat meningkatkan keterampilan petani, berdampak positif pada ekonomi lokal, dan mendukung konservasi lingkungan.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>One of the strategies to increase farmers' knowledge is through the dissemination of research results. Through dissemination, all research results can reach the wider community and farmers in particular palm farmers to provide deep insight to farmers to be able to optimize the use of natural resources, increase yields, and reduce the risk of environmental damage. The purpose of this community service activity is to disseminate the research results related to palm trees to increase the knowledge and skills of palm farmers in Bonto Manurung Village, Maros Regency. The method used in this regional empowerment program in Bonto Manurung Village, Maros Regency, is a participatory method that will aim to involve all government partners and target partners inclusively. Dissemination of research results through public lectures and seminars gives access to palm farmers to deeper knowledge of palm cultivation. Dissemination should be followed by continuous training to improve farmers' skills, positively impact the local economy, and support environmental conservation.</p> <p><strong><em>Keywords: Dissemination, research, aren, superior crops, aren cultivation.</em></strong></p>2024-10-24T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Dinamika Pengabdianhttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/jdp/article/view/41505PELATIHAN BUDIDAYA HIDROPONIK UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN PADA KELOMPOK TANI HUTAN (KTH) LAMPERANGAN2024-10-12T12:38:37+00:00Syamsia Syamsiasyamsiatayibe@unismuh.ac.idIradhatullah Rahimrahim@gmail.comAndi Rahayu Anwarandirahayu@gmail.comRohana Rohanarohana@gmail.comNanda Safirasafira@gmail.comSelfi Amandiraamandira@gmail.comMuhammad Syahrirsyahrir@gmail.comIlhamsyah Aidinaidin@gmail.comSukma Syafarsyafar@gmail.com<p>Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada Kelompok Tani Hutan (KTH) Lamperangan tentang teknik bercocok tanam hidroponik sayuran untuk meningkatkan produktivitas lahan. Teknologi hidroponik yang diperkenalkan diharapakan dapat diterapkan oleh mitra sasaran dan menjadi sumber pendapatan bagi kelompok tani Lamperangan serta menjadi tempat eduwisata. Kegiatan ini dibagi dalam 3 tahapan yaitu: 1) Persiapan bahan dan peralatan; 2) Pelatihan dan penyuluhan; dan 3) Penerapan budidaya hidroponik sayuran. Hasil dari kegiatan pengabdian ini dapat disimpulkan bahwa anggota KTH Lamperangan memiliki minat yang cukup besar dalam menerapkan teknik budidaya hidroponik, peserta pelatihan sangat bersemangat saat praktek persemaian benih sayuran pada media rockwol, pemindahan bibit yang telah tumbuh ke instalasi serta pembuatan larutan nutrisi AB mix.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>This activity aims to provide knowledge and skills to the Lamperangan Forest Farmers Group (KTH) regarding hydroponic vegetable farming techniques to increase land productivity. It is hoped that the hydroponic technology introduced can be implemented by target partners and become a source of income for Lamperangan farming groups as well as becoming an educational tourism destination. This activity is divided into 3 stages, namely: 1) preparation of materials and equipment; 2) training and counseling; 3) Application of hydroponic vegetable cultivation. The results of this service activity can be concluded that KTH Lamperangan members have quite a big interest in implementing hydroponic cultivation techniques, the training participants were very enthusiastic when practicing sowing vegetable seeds on rockwool media, transferring grown seeds to the installation and making AB mix nutrient solutions.</p> <p><strong><em>Keywords: Edutourism, wick hydroponics, productivity.</em></strong></p>2024-10-24T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Dinamika Pengabdianhttps://journal-old.unhas.ac.id/index.php/jdp/article/view/40400PELATIHAN TEKNOLOGI BUDIDAYA LADA PERDU DI PEKARANGAN PADA KELOMPOK WANITA DI DESA PADANGLAMPE PANGKEP2024-09-27T17:08:44+00:00Netty Syamnetty.said@umi.ac.idNurliani Nurlianinurliani@gmail.comSitti Rahmah Jabirsittirahmah@gmail.comHidrawati Hidrawatihidrawati@gmail.com<p>Pesantren Darul Mukhlisin milik Universitas Muslim Indonesia (UMI) yang ada di Desa Mitra Binaan Desa Padanglampe memiliki lahan yang sebahagian digunakan untuk tanaman lada sejak tahun 2015. Populasi lada sekitar 800 pohon dan sudah beberapa kali dipanen. Pengembangan lada oleh masyarakat di sekitar pesantren terkendala oleh adanya musim kering yang panjang di Desa Padanglampe yang berlangsung selama ≥ 6 bulan. Upaya pengembangan lada dilakukan dengan Program Pemberdayaan kelompok wanita untuk membangun daya, mendorong motivasi, membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya dan berusaha untuk mengembangkannya. Metode yang digunakan berupa metode pelatihan partisipatif, yaitu melibatkan sebanyak mungkin peran serta mitra dalam kegiatan ceramah, diskusi, dan praktek pendampingan teknologi dan cipta karya. Teknologi yang diberikan pada mitra berupa Pembibitan lada perdu dan metode penanaman bibit ke planterbag di pekarangan. Pelaksanaan kegiatan Pelatihan dan pendampingan sudah dilaksanakan melalui transfer teknologi pada Aspek produksi Mitra sangat antusias dan berpartisipasi sangat aktif dalam semua kegiatan pelatihan dan pendampingan.</p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>Darul Mukhlisin Islamic Boarding School owned by the Indonesian Muslim University (UMI) located in the Partner Village of Padanglampe Village has land that has been partly used for pepper plants since 2015. The pepper population is around 800 trees and has been harvested several times. The development of pepper by the community around the Islamic boarding school is hampered by the long dry season in Padanglampe Village which lasts for ≥ 6 months. Efforts to develop pepper are carried out through the Women's Group Empowerment Program to build power, encourage motivation, raise awareness of their potential, and strive to produce it. The method used is a training method and community mentoring through active partner participation. The technology provided to partners is in the form of pepper shrub nurseries and a method of planting seeds in planter bags in the yard. Training and mentoring activities have been carried out through technology transfer in the production aspect. Partners are enthusiastic and participate actively in all training and mentoring activities.</p> <p><strong><em>Keywords: Shrubs pepper, group empowerment, Padanglampe Village.</em></strong></p>2024-10-24T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Dinamika Pengabdian