PEMBERDAYAAN KADER POSYANDU DI DESA KAMIRI, KECAMATAN BALUSU KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN MELALUI PENGEMBANGAN PRODUK OBAT KUMUR TRADISIONAL JAHE, SERAI, CENGKEH (JaSeKeh)
DOI:
https://doi.org/10.20956/jdp.v6i2.13500Keywords:
Barru, Diabetes mellitus, halitosis, obat kumur tradisionalAbstract
ABSTRAK Penggunaan obat tradisional sebagai alternatif pengobatan telah lama dilakukan jauh sebelum ada pelayanan kesehatan formal dengan menggunakan obat-obatan moderen. Namun, negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau yang didiami oleh berbagai suku memungkinkan terjadinya perbedaan dalam pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional. Hal ini disebabkan setiap suku memiliki pengalaman empiris dan kebudayaan yang khas sesuai dengan daerahnya masing-masing. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat terkait kesehatan, langkah awal yang bisa di lakukan yaitu dengan pendampingan dan pelatihan dalam memanfaatkan tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar untuk mengobati diri sendiri atau dikenal dengan swamedikasi termasuk pada penderita Diabetes Mellitus (DM) yang mengalami bau mulut (halitosis) atau penyakit gangguan berkepanjangan dalam rongga mulut. Penderita DM dan kader Posyandu selaku mitra telah kami fasilitasi melalui pemeriksaan, pelatihan/pendampingan produksi, dan evaluasi dalam bentuk home care. Tim PKM membantu dengan menyiapkan bahan dasar dan peralatan pengolahan Obat Kumur Tradisional dengan memformulasi 3 bahan dasar yaitu Jahe Serai dan Cengkeh (JaSeKeh) yang aman dan rasa yang enak, melakukan pemeriksaan pada kelompok penderita DM serta melatih para kelompok kader dalam memproduksi Obat Tradisional Kumur dengan komposisi jahe, serai dan cengkeh serta melakukan penyuluhan melalui video terkait penyakit Halitosis pada penderita DM. Target khusus yang telah dicapai dari kegiatan pengabdian ini adalah penerapan ipteks melalui sosialisasi terkait halitosis pada DM di masa pandemi, pengetahuan dan keterampilan dalam membuat obat kumur JaSeKeh yang bahannya diambil dari pekarangan rumah sendiri serta mampu menerapkan manajemen keuangan dan strategi pemasaran yang sudah diperoleh dalam pelatihan. Kata kunci: Barru, Diabetes Melitus, halitosis, obat kumur tradisional. ABSTRACT The use of traditional medicines as an alternative to treatment has been done long before there were formal health services using modern medicines. However, the state of Indonesia which consists of many islands inhabited by various tribes allows for differences in the use of plants as traditional medicines. This is because each tribe has empirical and cultural experiences that are unique to their respective regions. In order to improve public welfare related to health, the first steps that can be taken are mentoring and training in utilizing plants in the surrounding environment to treat themselves or known as self-medication, including those with Diabetes Mellitus (DM) who experience bad breath (halitosis) or prolonged disease in the oral cavity. DM sufferers and Posyandu cadres as partners we have facilitated through inspection, training/ production assistance, and evaluation in the form of home care. The PKM team helps by preparing basic ingredients and processing equipment for Traditional Mouthwash by formulating 3 basic ingredients, namely Ginger, Lemongrass, and Cloves (JaSeKeh) which are safe and taste good, conducting examinations on groups of DM sufferers and training cadre groups in producing the Traditional Mouthwash with composition of ginger, lemongrass and cloves and provide counseling through videos related to halitosis in DM sufferers. The specific targets that have been achieved from this service activity are the application of science and technology through socialization related to Halitosis in DM during the pandemic, knowledge and skills in making JaSeKeh mouthwash which ingredients are taken from the yard of one's own home and being able to apply financial management and marketing strategies that have been obtained in the training. Keywords: Barru, Diabetes Mellitus, Halitosis, Traditional Mouthwash.Downloads
References
Bakteri penyebab halitosis, http://niasolan.net. Diakses 24 Februari 2019.
Bollen C M L, Beikler T. 2012. Halitosis: the multidisciplinary approach. International Journal of Oral Science. 4: 55-63.
Djaja A. 2000. Halitosis.Jakarta. PT. Dental Lintas Media Tama.
Kukkamalla MA, Cornelio SM, Bhat KM, Avadhani M, Goyal R. 2014. Halitosis – a social malady. Journal of Dental and Medical Sciences. 13: 55-61.
Manan C, Meyiasati 2019. Bau Mulut, http://indrax.wodrpress.com. Diakses 23 Februari 2019.
Mauliana, N. 2008. Peran Faktor Lokal dalam Rongga Mulut Terhadap Terjadinya Halitosis, 2008. Pontianak: Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Pontianak.
Ongole R, Shenoy N. 2010. Halitosis: much beyond oral malodor. Kathmandu University Medical Journal 8(2): 269-275.
Pintauli S, Hamada T. 2012. Menuju gigi dan mulut sehat pencegahan dan pemeriksaan. USU Press 49-61.
R. Mani A M. 2012. Halitosis: a silent affliction. Chronicles of Young Scientists. Dec; 3(4): 251-7.
Sukmawati, Anshariah, Hamri, 2020. Produksi Health Coco (HyCo) Di Desa Kamiri Kecematan Balusu, Kabupaten Barru. Jurnal Dinamika Pengabdian Vol.5 No.2 Mei 2020.
Yuliarsih, S. 2008. Kegunaan Dan Efek Samping Obat Kumur Dalam Rongga Mulut.http://repository.usu.ac.id. Diakses 25 Februari 2019
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2021 Jurnal Dinamika Pengabdian (JDP)
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Penulis diwajibkan untuk menandatangani "Surat Perjanjian Hak Cipta" atau Copyright Agreement untuk penyerahan ijin kepada pihak jurnal untuk menerbitkan tulisannya.
Authors are required to sign a "Copyright Agreement" to submit permission to the journal to publish their writings.